Skip to main content

Tukang Cukur (Karir Ibu)

Sepuluh tahun lebih menjadi istri dan sembilan tahun menjadi ibu membuat keahlian bertambah lagi. Setelah perlahan tapi pasti ada perubahan di dunia dapur, bunda yang satu ini pun merambah dunia baru: rambut (bukan rambutan :P). Profesi baru adalah tukang cukur alias personal hairstylist.

Pasukan lima dengan hanya satu putri shalihat berarti frekuensi acara potong rambut anak/anak akan sangat sering. Potong di luar ga tega harganya. Jadi opsinya hanya di rumah. Awalnya (beberapa tahun yll) cukur gundul OK. Tapi kini mereka makin besar dan makin punya gaya sendiri. Alhamdulillah.

Suami sebetulnya yang lebih pandai potong rambut. Mudik tahun lalu Azka pergi ke tukang cukur untuk jadi bahan  belajar. Adik-adiknya lalu jadi bahan eksperimen suami dan sukses. Tapi mereka kurang suka dipotong baba mereka. Sukanya bunda aja. Ehem... Padahal duh... Ga jelas potongannya kalau bunda. Untung saja anak-anak tumbuh rambutnya cepat ^^

Alhamdulillah bunda  jadi belajar. Meski masih jauhlah dari rapi. Ngalahin baba aja masih jauh apalagi stylist beneran.

Alhamdulillah, terima kasih dan segala puji syukur untukMu yang memberikan amanah ini dan mengajarkan saya banyak hal. Semoga bisa jadi ibu yang amanah... Yang dicintai dan didoakan oleh anak-anak shalih/at, penyejuk mata dan pemimpin orang yang bertaqwa...

Aamiin...

#catatanrumah



Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R