Skip to main content

Musim Semi T'lah Tiba

Berjalan menyusuri gang menuju stasiun membuat saya menemukan daun-daun yang menyembul diantara semak kering. Kuncup-kuncup sakura diantara ranting dan dahan yang gundul di musim yang lalu. Sebagian bunga yang lain sudah mulai bermekaran. Musim semi itu seperti musim dimana roda kehidupan kembali berjalan setelah matinya.

Empat musim dalam setahun yang penuh warna. Ada musim dimana pohon tampak "mematikan" diri dan kemudian hidup lagi.

Begitulah gambaran tentang "mudahnya" mencipakan, lalu mematikan, dan kelak menghidupkan kembali bagi Penguasa semesta. Menciptakan kita semua dari tak ada lalu menjadi ada. Mematikan sesuai jatah masing-masing. Lalu mengumpulkan tulang belulang dan menghidupkan lagi untuk kehidupan yang abadi...

Rabbana aatina fiddunya hasanah
Wafil-aakhirati hasanah
Waqina 'adzaabannaar...

Aamiin

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R