Skip to main content

Sibuk(?)

Sebenarnya, aku paling tidak suka mengatakan tak bisa mengerjakan sesuatu dengan alasan sibuk. Karena pada dasarnya manusia itu tak pernah tak sibuk, meskipun kesibukannya itu adalah dalam ketidaksibukkan. (weis...jadi sibuk itu sebenarnya apa?)

Tapi sibuk adalah alasan yang mudah diucapkan, supaya kita tak bisa berpanjang lebar mengatakan alasan yang sebenarnya terjadi.

Setelah diamati, selama sepekan ini, yang merupakan masa akhir semester yang diwarnai banyak tugas sekolah, dan dihiasi beberapa pekerjaan yang berantakan, hiks... Aku menarik kesimpulan, bahwa banyak pekerjaan yang terlewat atau tak bisa dikerjakan dengan rapi karena:

1. Memprioritaskan pekerjaan lain, sehingga waktu untuk pekerjaan itu sedikit/tak ada
**ini resiko sih ya, tapi harusnya dikomunikasikan dengan orang-orang terkait, tak menyanggupi kalau kebayangnya ga bisa atau usaha extra keras untuk memenuhi semua kewajiban

2. Tak mau mengerjakan
**ada waktu beberapa menit sebelum tidur untuk duduk di komputer dan menulis, tapi aku sedang tak mau menulis
hiyaa...harus diingetin lagi/dicari tahu esensi dari tiap pekerjaan supaya maunya muncul

3. Lupa pekerjaan itu ---> harusnya dibuat list plus reminder ditambah ngecek
**lupa ini bisa terjadi karena :
- ditunda sejenak karena memerlukan tugas sebelumnya, misalnya ada pekerjaan yang perlu software khusus yang kita belum punya, jadi harus cari dulu
- saat harus mengerjakan waktu tak ada, jadi dialokasikan untuk waktu yang lebih lapang-tapi ee...ga dicatat, akhirnya lupa sampai ada yang menagih. kalau ga ada yang nagih, akhirnya jadi hutang...hiks2

4. Salah perhitungan tentang waktu dan effort yang diperlukan untuk menuntaskan suatu pekerjaan
**paling sering begini, harusnya dibuat riset kecil tentang jam pribadi untuk menuntaskan tipe-tipe pekarjaan tertentu, supaya perhitungannya lebih cermat dan tepat

5. Efek dari kelalaian sebelumnya
**misalnya karena menyimpan buku tidak pada tempatnya. menyusun materi pengisian yang biasanya tak lama jadi harus berjam-jam karena cari-cari dulu buku itu dimana, terus tergoda untuk beres-beres buku, atau tergoda untuk baca buku yang kelihatan menarik. gubrakk deh...

So, harusnya apa boleh mengajukan alasan sibuk? Sepertinya harus diganti kata lain yang lebih enak, tanpa harus menjelaskan berpanjang-panjang.

..ya Allah pemilik semua jiwa,
..aku berlindung kepadaMu dari kelalaian, kemalasan, dan menunda-nunda urusan.
..karuniakanlah untukku taufik dan hidayahMu, untuk amal-amal yang ikhlas, itqan, dan continyu...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar