Skip to main content

Puzzle 15 (Kiriman)

Satu hari, perempuan itu termenung, ketika salah seorang mbak mengingatkannya akan sebuah kesempatan emas yang ada dengan memiliki seorang suami seperti lelaki itu.

Dahulu, ia ingat, pada jelang pagi, saat mereka berdua selesai mengerjakan sholat malam-satu-satunya sholat dimana mereka bisa rutin berjamaah karena lelaki itu lebih sering berjamaah di masjid pada waktu sholat yang lain-perempuan itu mencium tangan lelaki itu dan mengenggamnya lebih lama dari biasa.

Sambil menatap sepenuh hati, pelan ia berkata,
"Kaka tahu, makna peristiwa saat aku mencium tangan kaka untuk pertama kalinya?

Lelaki itu memandangnya heran, lalu menggeleng pelan, menanti jawaban.

"Maknanya adalah, sejak saat itu aku azzamkan pada diriku untuk mengoptimalkan semua yang aku punya untuk jadi istri orang yang aku cium tangannya. Meskipun banyak yang lebih ganteng, lebih tinggi, lebih cakep, lebih baik, lebih soleh dari dia, dia tetap yang terbaik buat aku. Karena aku yakin bahwa lelaki ini lah yang Allah pilihkan buat aku. Dan apa yang berasal dari sisiNya senantiasa yang terbaik buat aku. Lelaki itu adalah kaka.

**
Kiriman yang terbaik.

Berulang-ulang ia katakan itu pada dirinya. Benar sekali, bahwa banyak orang yang hadir dalam hidupnya, dan dirasakannya lebih baik. Entah itu lebih cakep, baik, sholeh, banyak hapalan, banyak amalnya, banyak ibadahnya, pemurahnya, atau kesediaannya untuk menolong kala perempuan itu memerlukan pertolongan, dll. Segala kebaikan yang berlebih dibanding lelaki yang baru dikenalnya itu.

Tapi kesyukuran selalu dibisikkan pada hatinya. Kiriman terbaik dariNya. Saat kemuadian diingatkan lagi, ia makin bersyukur. Apalagi bila mengingat banyak kebaikan juga yang diterimanya dari lelaki itu.

Kekurangan pada pasangan, adalah karunia dan ujian kesabaran serta ladang untuk membantu menyempurnakan.

Kebaikan pada pasangan pun, adalah karunia dan ujian kesyukuran serta ladang untuk menimba ilmu.

Apapun yang mereka punya pada awalnya, adalah modal untuk saling menyempurnakan, saling menjadi nikmat bagi yang lain. Agar akhir nanti, sempurnalah pengabdian padaNya.


**semoga senantiasa mampu mensyukuri kiriman terbaikNya, aamiin**

Comments

Nana said…
Makasih Mbak , tulisan ini mengobati sedikit luka di hati ini. Wassalam.

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...