Skip to main content

Doa Umar

Suatu ketika Umar bin Khattab duduk kelelahan di atas tumpukan tanah dan kerikil, usai berkeliling melihat kondisi rakyatnya. Peluh keringat masih tampak jelas di wajahnya. Ia tertunduk dan berkata,

"Ya Allah, usiaku sudah semakin udzur, tubuhku semakin ringkih karena tua, dan rakyatku kini semakin banyak. Kembalikanlah aku kepada-Mu dalam kondisi tidak menyia-nyiakan mereka, dan dalam kondisi tidak termakan oleh fitnah. Tetapkan bagiku kematian sebagai syahid dijalan-Mu dan wafat di tanah Rasul-Mu..."

**diambil dari tarbawi edisi 111 th 7**

Aku tergugu, dengan kesederhanaan doa, dengan kejauhan pandangan beliau. Tak ada nafas dunia disana, karena akhirat sajalah yang menjadi tumpuan harapan, labuhan segala permintaan dan doa. Tapi lihatlah bagaimana catatan sejarah tentang karya gemilang yang dihasilkan lelaki ini. Ketika setiap fase kehidupannya menjadi contoh besar dan nyata, bagaimana menjadi pemimpin, bagaimana menjadi penguasa, bagaimana menjadi pelayan bagi rakyatnya.

Kerinduan yang mencabik-cabik, ditengah carut marut negeri tercinta.

Ya Rahman, bangunkan jiwa yang teramat merindukan akhirat seperti itu pada diri kami semua...aamiin...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah