Setiap kurun waktu tertentu, selalu ada persimpangan. Uhm...sebenarnya hampir setiap waktu, hanya saja kadarnya berbeda, antara yang membingungkan dan tidak, serta seberapa besar resiko-resiko yang bisa ditimbulkannya.
Dan di ujung masa kuliah kali ini pun persimpangan itu harus dipilih...
Seperti menapaktilasi masa dua-tiga tahun yang lalu, saat baru lulus S1. Sampai-sampai mengunjungi seorang psikolog, mengambil psikotes, untuk membantu melihat berbagai alternatif. Dan tentu saja memantapkan pilihan.
Sekarang kembali pertanyaan besar itu ditanyakan, dengan apa kontribusi itu akan kausumbangkan? Menjadi apa dirimu sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang? Diawali dengan pertanyaan 'simple', lanjut S3 atau tidak?
Uhm...besok adalah deadline pengajuan formulir perpanjangan beasiswa monbusho itu.
Kalau ada catatan yang pernah ditulis, sekitar tiga-empat tahun yang lalu itu, niscaya jawabannya sebenarnya sederhana saja, tidak dulu. Setidaknya sampai anak-anak (aamiin...) berusia TK/SD. Saat mereka mulai mandiri, berinteraksi dengan lingkungan, dan tidak terpusat pada bundanya.
Belum lagi, karena belum ada hal yang benar-benar nyata, yang ingin ditemukan. Diteliti, dan ditemukan formulanya.
Tapi kalau ada peluang/kesempatan, dan mumpung masih disini?
Kalau pulang, emangnya mau ngapain?
Lulusan S2 bisa apa sih?
Kalau suami, keluarga, kawan mendukung penuh?
Termenung-menung dengan pertanyaan mendasar kembali hadir, buat apa sebenarnya?
Apa tujuan jangka pendek dan panjang yang ingin dicapai?
Mana prioritas yang harus didahulukan, dipentingkan?
Tuing-tuing...
Dan di ujung masa kuliah kali ini pun persimpangan itu harus dipilih...
Seperti menapaktilasi masa dua-tiga tahun yang lalu, saat baru lulus S1. Sampai-sampai mengunjungi seorang psikolog, mengambil psikotes, untuk membantu melihat berbagai alternatif. Dan tentu saja memantapkan pilihan.
Sekarang kembali pertanyaan besar itu ditanyakan, dengan apa kontribusi itu akan kausumbangkan? Menjadi apa dirimu sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang? Diawali dengan pertanyaan 'simple', lanjut S3 atau tidak?
Uhm...besok adalah deadline pengajuan formulir perpanjangan beasiswa monbusho itu.
Kalau ada catatan yang pernah ditulis, sekitar tiga-empat tahun yang lalu itu, niscaya jawabannya sebenarnya sederhana saja, tidak dulu. Setidaknya sampai anak-anak (aamiin...) berusia TK/SD. Saat mereka mulai mandiri, berinteraksi dengan lingkungan, dan tidak terpusat pada bundanya.
Belum lagi, karena belum ada hal yang benar-benar nyata, yang ingin ditemukan. Diteliti, dan ditemukan formulanya.
Tapi kalau ada peluang/kesempatan, dan mumpung masih disini?
Kalau pulang, emangnya mau ngapain?
Lulusan S2 bisa apa sih?
Kalau suami, keluarga, kawan mendukung penuh?
Termenung-menung dengan pertanyaan mendasar kembali hadir, buat apa sebenarnya?
Apa tujuan jangka pendek dan panjang yang ingin dicapai?
Mana prioritas yang harus didahulukan, dipentingkan?
Tuing-tuing...
Comments