Skip to main content

Opat welas sasih

Cinta kecil sudah punya geraham sekarang. Satu buah, tumbuh di sebelah kiri bawah. Jadi total giginya berapa saudara-saudara? Ya, tujuh buah.

Tujuh buah cukup untuk mengunyah satu buah strawbery kecil sekali masuk mulut. Ia sudah menolak dipotongkan strawbery. Maunya langsung satu buah, dan langsung masuk mulut. Kalau perlu satu di tangan kanan, satu di tangan kiri. Setiap kali tangan dan mulutnya kosong, ia langsung meminta jatah, terus dan terus sampai merasa cukup, atau kotak strawberynya tinggal daun...hehe...

Bubu mengetahui beberapa tempat penggunaan barang. Misalnya ia berusahaha memasang kaus kaki sendiri (tapi belum pernah berhasil sih), memasang sepatu (kalau sepatu sendiri ia menjerit-jerit kala dipakaikan, tapi malah coba pakai sepatu bunda), dll.

Bubu juga suka menepuk-nepuk bantal, mengikuti gaya bunda yang senang menepuk bantal sebelum menaruh kepala bubu di sana.

*bersambung dulu deh*

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R