Skip to main content

Bubu pekan ini

Sekilas catatan bunda tentang bubu sepekan ini..

8 Mei 2007
Bubu mendapatkan luka pertamanya. Ia jatuh dari jendela-pintu. Keningnya berdarah. Bunda sempat agak panik, karena pada dasarnya bunda takut lihat darah. Untung baba masih ada sehingga bisa menenangkan. Luka dibersihkan dengan air panas dan diolesi minyak habatussauda. Di rumah sedang tidak ada alkohol ataupun betadin. Bubu sempat menangis lalu bunda tidurkan. Bangun tidur ia sudah kembali ceria dan seperti lupa dengan lukanya.

Besoknya lukanya mengering. Dan enam hari kemudian lapisan kering itu mengelupas sendiri. Sampai sekarang kulit bekas luka itu masih tampak merah muda.

Asi untuk bubu
Masih di sekitar hari itu, di usia 24 pekan kandungan bunda, bubu mulai enggan tuk minum asi. Kalaupun diberi ia hanya icip-icip sedikit. Tidak diperlukan juga untuk pengantar tidur. Ia hanya memerlukan ayunan atau pelukan saja.

Bunda bersyukur karena bunda memang merasa akhir-akhir ini seringkali muncul kontraksi kalau bubu mimik asi lama-lama. Khawatir dede harus lahir lebih cepat sebelum waktunya. Ternyata tanpa melarang bubu, ia sudah mengerti sendiri.

15 Mei 2007
Acara bunda ke toilet tidak lagi disertai jeritan dan tangisan bubu. Ia bisa sabar menunggu di dekat pintu toilet atau sibuk dengan mainannya. Saat awal, tanpa bunda ketahui ia berdiri di depan pintu. Saat pintu bunda buka, langsung kena jidatnya. Aduh, kasihan sekali. Tapi ia tidak menangis.

Bunda beri tahu bubu kalau menunggu bunda jangan depan pintu, tapi di sebelah pintu. Yang kalau pintunya terbuka dia tak kan kejedot lagi. Bunda tak tahu ia mengerti atau tidak, saat bunda memperagakan bagaimana pintu terbuka dan proses kejedot atau tidak. Tapi kali berikutnya ia selalu berdiri di samping pintu, tidak depan pintu lagi. Alhamdulillah ternyata anak bunda pandai. Meskipun tentu saja bunda sekarang lebih pelan saat membuka pintu. Khawatir bubu kejedot lagi...

Kata-kata bubu
Mamih di Bandung selalu tanya apa neng Nabila alias bubu sudah bisa berbicara atau belum. Soalnya bubu seringkali diam depan komputer saat bunda/baba menelepon ke Indonesia. Memang belum, baru beberapa kata-kata seperti:
- baba
- mama
- hat (maksudnya bubu "ini/doozo", tapi harusnya artinya "ambilkan", arabic)
- awau baba (allahu akbar)
- aangiin (amin)
- taayii (taali = kesini, arabic)
- jozu (pinter, japanese)

Hal yang unik adalah dia selalu berguman-guman tak jelas setiap kali membuka al Quran. Mengaji maksudnya mungkin yaa...

Tapi untuk masalah komunikasi, sedikit-sedikit bahasa tarzannya bisa tertebak. Misalnya dia haus, lapar, mengantuk bunda engga salah tebak. Kadangcluenya malah lebih terlihat ia mengangsurkan sepatu (minta dipasangkan sepatu), kali lain ia menyerahkan roti tawar yang masih dibungkus (minta dibukain/diberi roti), atau menyerahkan botol susunya ke bunda (minta dibuatkan susu), atau menyerahkan suatu lego yang terpasang/botol dengan tutup untuk bunda buka/bongkar.

Alhamdulillah...
begitulah sekilas info tentang gadis sholihat yang berusia satu tahun tiga bulan lebih ini...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R