Kekuatan atau Kelemahan?
Penulis tidak diketahui, Bits & Pieces, August 15, 1996,
Economic Press Inc
Kadang kelemahan kita bisa menjadi kekuatan terbesar kita. Ambilcontoh kisah seorang bocah 10 tahun yang memutuskan untukmempelajari judo walaupun ia telah kehilangan lengan kirinya dalam sebuah kecelakaan mobil. Sang bocah belajar dari seorang guru judo Jepang.
Bocah inibenar-benar belajar dengan baik, sehingga ia sendiri tidakpaham, kenapa setelah tiga bulan latihan, sang guru hanyamengajarkannya satu gerakan."Sensei," akhirnya sang bocah bertanya, "bukankah saya seharusnya sudah belajar gerakan lainnya?"
"Ini adalah satu-satunya gerakan yang kamu tahu, tapi ini juga satu-satunya gerakan yang perlu kamu ketahui." Jawab sang Sensei.
Walau tidak begitu memahami, tapi tetap percaya pada gurunya,bocah ini tetap berlatih dan berlatih. Beberapa bulan kemudian, sang sensei mengantarkan sang bocah keturnamen pertamanya. Terkejut pada kemampuannya sendiri, sangbocah dengan mudah memenangkan dua pertarungan pertamanya.
Pertarungan ketiga lebih sulit, tapi setelah beberapa saat,lawannya kehilangan kesabaran dan menyerang, sang bocah denganpiawai menggunakan satu gerakannya untuk memenangkan pertarungan. Masih heran dengan kemenangannya, sang bocah masukfinal.
Kali ini, lawannya lebih besar, lebih kuat, dan lebihberpengalaman. Untuk beberapa saat sang bocah terlihat tidaksepadan dibanding lawannya. Karena kuatir sang bocah bisa cedera, wasit menyerukan time-out. Ia bermaksud menghentikanpertarungan saat sang sensei menginterupsinya.
"Tidak," interupsi sang sensei, "biarkan ia melanjutkan."
Segera setelah pertarungan dilanjutkan, lawannya membuat kesalahan kritikal: ia lalai dalam pertahanannya. Secara cepat sang bocah menggunakan satu gerakan untuk menguncinya. Sang bocah memenangkan pertarungan dan kejuaraan. Ialah sang juaranya.
Dalam perjalanan kembali ke rumah, sang bocah dan senseinya mempelajari kembali setiap gerakan di pertarungan hari itu. Lalu sang bocah berani menanyakan yang terus dipikirkannya.
"Sensei, bagaimana saya bisa memenangkan kejuaraan hanya dengansatu gerakan?"
"Kamu menang karena dua alasan!" jawab sang sensei. "Pertama,kamu hampir memahiri salah satu bantingan tersulit dari semua gerakan di judo. Kedua, satu-satunya pertahanan yang telah diketahui terhadap gerakan itu adalah jika lawan kamu menangkap lengan kiri kamu.
Kelemahan sang bocah telah menjadi kekuatan terbesarnya.
**Kiriman Pak KK (Kusmayanto Kadiman) di milis alumni TF-ITB. Makasih, Pak...
Penulis tidak diketahui, Bits & Pieces, August 15, 1996,
Economic Press Inc
Kadang kelemahan kita bisa menjadi kekuatan terbesar kita. Ambilcontoh kisah seorang bocah 10 tahun yang memutuskan untukmempelajari judo walaupun ia telah kehilangan lengan kirinya dalam sebuah kecelakaan mobil. Sang bocah belajar dari seorang guru judo Jepang.
Bocah inibenar-benar belajar dengan baik, sehingga ia sendiri tidakpaham, kenapa setelah tiga bulan latihan, sang guru hanyamengajarkannya satu gerakan."Sensei," akhirnya sang bocah bertanya, "bukankah saya seharusnya sudah belajar gerakan lainnya?"
"Ini adalah satu-satunya gerakan yang kamu tahu, tapi ini juga satu-satunya gerakan yang perlu kamu ketahui." Jawab sang Sensei.
Walau tidak begitu memahami, tapi tetap percaya pada gurunya,bocah ini tetap berlatih dan berlatih. Beberapa bulan kemudian, sang sensei mengantarkan sang bocah keturnamen pertamanya. Terkejut pada kemampuannya sendiri, sangbocah dengan mudah memenangkan dua pertarungan pertamanya.
Pertarungan ketiga lebih sulit, tapi setelah beberapa saat,lawannya kehilangan kesabaran dan menyerang, sang bocah denganpiawai menggunakan satu gerakannya untuk memenangkan pertarungan. Masih heran dengan kemenangannya, sang bocah masukfinal.
Kali ini, lawannya lebih besar, lebih kuat, dan lebihberpengalaman. Untuk beberapa saat sang bocah terlihat tidaksepadan dibanding lawannya. Karena kuatir sang bocah bisa cedera, wasit menyerukan time-out. Ia bermaksud menghentikanpertarungan saat sang sensei menginterupsinya.
"Tidak," interupsi sang sensei, "biarkan ia melanjutkan."
Segera setelah pertarungan dilanjutkan, lawannya membuat kesalahan kritikal: ia lalai dalam pertahanannya. Secara cepat sang bocah menggunakan satu gerakan untuk menguncinya. Sang bocah memenangkan pertarungan dan kejuaraan. Ialah sang juaranya.
Dalam perjalanan kembali ke rumah, sang bocah dan senseinya mempelajari kembali setiap gerakan di pertarungan hari itu. Lalu sang bocah berani menanyakan yang terus dipikirkannya.
"Sensei, bagaimana saya bisa memenangkan kejuaraan hanya dengansatu gerakan?"
"Kamu menang karena dua alasan!" jawab sang sensei. "Pertama,kamu hampir memahiri salah satu bantingan tersulit dari semua gerakan di judo. Kedua, satu-satunya pertahanan yang telah diketahui terhadap gerakan itu adalah jika lawan kamu menangkap lengan kiri kamu.
Kelemahan sang bocah telah menjadi kekuatan terbesarnya.
**Kiriman Pak KK (Kusmayanto Kadiman) di milis alumni TF-ITB. Makasih, Pak...
Comments