Skip to main content

Puzzle 37 (Mimpi-mimpi)

Setiap tahun, setiap sekian tahun, meski tidak dengan kerutinan yang saklek, perempuan itu mencoba menggoreskan catatan-catatan penting tentang targetan yang ingin ia capai. Dari mulai hal yang sederhana semisal, sepekan sekali chat dengan satu orang yang berbeda di YM-yang akhir-akhir ini jarang diakrabinya- untuk menyambung beberapa tali perkawanan yang terputus karena jarak dan waktu, sampai niat melanjutkan sekolah, menikah, dll.

Mimpi-mimpinya ia buat menjadi suatu perencanaan-perencanaan yang kemudian ia evaluasi. Alhamdulillah, sebagian besar list itu bisa diberinya tanda OK sementara sebagian masih berupa mimpi...

Setelah menikah, ada satu yang kemudian masuk menjadi mimpinya: mendukung dan membantu pencapaian mimpi suaminya. Perempuan itu tidak tahu apakah itu naluri semua perempuan/semua istri, tapi bisa membantu lelaki itu mencapai cita-citanya adalah sebuah cita-cita juga baginya.

Masalahnya kemudian adalah tidak semua orang punya kadar ambisi/cita-cita yang sama. Lelaki itu tipe orang yang mengalirkan hidupnya seperti air, memanfaatkan peluang lalu kemudian bekerja keras di sana. (Kerja keras dan konsisten dalam satu fase adalah hal yang justru merupakan salah satu titik kekurangan istri yang hobinya bermimpi).

Maka kemudian perempuan itu pun mempunyai PR untuk terus menggagaskan pentingnya mimpi, perencanaan, membuka diskusi sekian banyak alternatif untuk menjadi keluarga yang lebih berkualitas, yang diisi oleh pribadi-pribadi dengan kualifikasi tertentu *uh, bahasanya*. Baru kemudian merumuskan langkah-langkah pencapaian bersama.

Yang berat kemudian tentu saja konsistensi melakukan langkah-langkah tuk merealisasikannya. ..

Tapi ia tahu, cinta yang membara, tanpa pencapaian-pencapaian pada akhirnya akan melahirkan penyesalan. Mereka harus berusaha, dalam cinta, dengan cinta, langkah-langkah membangun mimpi harus diwujudkan. Agar cinta itu semakin kuat dan indah.

Apa mimpi besar yang harus direalisasikan itu? Mimpi terbesar yang ada dalam adalah tentu saja surga untuk orang-orang beriman DAN keluarganya (duh...aamiin ya Allah)...

Karena kalau tidak, alangkah menyesalnya menjadi orang-orang yang saling menyalahkan, menjadi musuh satu sama lain, lalu sama-sama terbakar...audzubillahi min dzalik...

Mohon bantu kami semua ya Rahman...masih jauh..jauh sekali...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar