Skip to main content

Dua tiga bulan (bubu)

Satu bulan menjelang dua tahun, bubu bisa menunjukkan (memegang) dan menyebutkan anggota tubuh. Misalnya gigi, hidung, rambut, telinga, kaki, tangan, mata, pipi, dagu... (urutan sesuai kemampuan dari dua bulan lalu). Kalau engga pegang-pegang barang sendiri, dia juga bisa pegang-pegang punya dd (duh, senengnya tarik-tarik rambut dd yang rancung itu).

Sudah tidak anti dengan warna abu-abu untuk baju seperti beberapa bulan lalu. Malahan jaket abu jadi salah satu favoritnya sekarang. Ia juga sudah tidak menolak dipakaikan jilbab. Pengaruh dingin kali yaa...

Bubu mulai tertarik bermain dengan balok kayu. Kalau sebelumnya ia hanya menontong bunda menyusun balok atau memegang-megang dalam hitungan detik, sekarang ia menyusun sendiri. Baik secara vertikal (l.k 1/2 meter) atau horizontal (1 meter lebih). Bubu sensitif juga dengan dimensi balok yang disusunnya memanjang horozontal (mesti seragam) dan celah. Jadi kalau ada celah atau bengkok, dia langsung membetulkan.

Bubu senang bermain sambil bersenandung. Tapi kalau sebelumnya ia berguman tidak jelas, sekarang ada yang sedikit kelihatan: dua...dua... baba... (ref. satu-satu aku sayang ibu). Yang sering membuat bunda geli, kalau bunda menyanyikan lagu itu, pas kata terakhir "semuanya", dia mengikuti "nya nya nya" sambil tertawa terbahak-bahak.

Ohya, lagu-lagu yang lagi ngetop di rumah adalah dua mata saya (sambil tunjuk-tunjuk anggota tubuh), satu-satu neng sayang bunda (:D), sama sayang disayang-sayang. Lagu anak jaman dulu yang syairnya bunda ganti-ganti sesuka bunda. Bukan hanya syair sih, nadanya juga sepertinya berubah di mulut bunda dan bubu (plus baba). Hehe...

Bulan ini ia pernah marah karena bunda banyak terfokus ke dd, ia memukul dd dan terlihat marah sekali sama adiknya itu. Terkait memukul dd, kalau bunda lagi baik, bunda suka elus-elus kepala bubu sambil bilang sayang...sayang... Tapi kalau lagi bertanduk bunda langsung teriak, nenggggg...grgr

Tapi bubu juga menunjukkan sayangnya ke dd. Saat bunda/baba sibuk dan dd nangis, bubu mendorong-dorong kereta dd supaya dd tenang. Kalau dd bersin, bubu juga langsung teriak "Allaaah...". Maksudnya tentu saja, yarhamukallah :D.


Anak sholihat...semoga makin pintar dan baik hati yaa...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R