Skip to main content

Sentuhan

Banyak orang tahu bahwa sentuhan-stimulasi pada indera kulit-akan semakin memperkuat pengajaran dan sarana menyatakan emosi kasih sayang. Seperti yang diajarkan guru besar terkasih, teladan manusia, Rasulullah saw.

Salah satu imam nawawi memilihkan sebuah hadits dalam kumpulan hadits arbainnya yang berbunyi:
Dari Ibnu Umar r.a ia bertutur: Rasulullah saw memegang pundakku lalu bersabda: jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang melewati sebuah jalan.

Terkait "menyentuh pundak" Ibnu Hajar al Haitami berkata bahwa ketika menyampaikan suatu ilmu, pendidik memegang salah satu anggota tubuh anak didik. Hikmahnya adalah lahirnya perasaan dekat, memancing perhatian dan memperpanjang ingatan, karena hampir mustahil kejadian semacam itu akan dilupakan begitu saja. Lebih dari itu, hal semacam itu biasanya tidak dilakukan kecuali kepada orang yang disayangi...

Hemm...senangnya menjadi Ibnu Umar yang disayang Rasul saw secara langsung..

(episode lain rindu rosul)

Comments

Anonymous said…
Saya ga tau persis ilmu-nya,
tapi pernah dapet sedikit penjelasan, tentang masalah gelombang fikiran.
Ada gelombang alpha, kondisi dimana seseorang sedang asik, fokus dengan apa yang dikerjakannya.
Misalnya ketika anak kita sedang main game atau nonton televisi. Nasihat/perintah kita tidak akan efektif didengar oleh anak kita pada saat ini. Caranya bagaimana?
kita harus memindahkan gelombangnya dari alpha ke gelombang fikiran betha, yaitu dengan mendekatinya, ikut masuk ke dalam zona nyaman anak kita, misalnya dengan memberikan komentar "Ayo de, belok kiri,.. tancap gas..." (kalo sedang main game), ketika kita sudah berada di zona nyaman anak kita, dia sudah merasakan kita menjadi bagiannya, maka pada saat itu kita memberikan nasihat atau nilai-nilai kepada anak kita.
Adalah satu gelombang lagi saya lupa gamma atau lainnya, yaitu kondisi dimana fikiran seseorang paling efektif untuk dipengaruhi. Yaitu pada saat seseorang sedang akan tidur. Katanya orang yang terhipnotis berada di gelombang ini.

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...