Skip to main content

Dua delapan bulan (plus) Bubu

Salah satu capaian besarnya adalah ia bisa naik turun perosotan sendiri...



Membuat deg-degan bunda setiap ia naik-turun tangga tinggi tanpa mau dipegangi, menyusut seketika. Bunda mulai percaya, bahwa bubu sekarang sudah lebih besar lebih kuat lebih punya pertimbangan dalam urusan panjat memanjat, atau loncat-loncat dari kursi ke tempat tidur.

Bubu kadang masih tetap rajin, memunguti sampah plastik-bungkus makanan atau kulit pisang untuk dibuang ke tempat sampah. Ia juga rajin menyimpan sepatu di tempatnya.

Neng kecil ini jadi ratu kancing. Tiap ketemu kancing pasti matanya berkilat-kilat, "Kanting!"
Ia sangat sensitif untuk kancing yang tidak terpasang, baik sengaja ataupun tidak. Kancing baju baba, bunda, dd, dan tentu saja bajunya sendiri. Termasuk menemukan baju berkancing di laci baju, keranjang cucian, dll. Ia akan sibuk memasang dan melepas kancing itu.

Yang masih suka membuat kepala bunda tuing-tuing adalah keinginannya untuk selalu memakai baju dengan kancing depan. Setiap kali ia menemukan kancing di belakang (karena memang modelnya begitu) ia akan protes: patangdu. Selama beberapa waktu bunda dan baba memberinya nama si patangdu, karena begitu sering kata-kata itu disebutnya tanpa kami tahu apa artinya. Lama-lama tertebak juga... patangdu= pasang dulu.

Ada beberapa baju favorit dan baju tertolak, dimana sekalipun ia tak mau memakainya lagi. Laci-laci harus dikunci karena ia senang sekali menginspeksi isi laci-laci di rumah.
Sebelum tidur, selain dibacakan cerita, bubu juga diajak mengulang ayat. Ia gembira bila bertemu kata yang dikenalnya. Misalnya Alhamdu --> handu/handuk, na'budu --> budu/wudhu. Ia akan terus mengulang-ngulang kata itu.
Barakallah habibaty...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R