Akhirnya tibalah salah satu hari dimana aku harus membiarkan orang lain menatap punggungku, menyisakan duka pada hati yang pergi maupun ditinggalkan. Hari ini, rumah baru akan kami tempati, dan ruang mungil 2.5x3 meter yang menemaniku selama 17 bulan ini kembali kosong sebelum diisi kembali. Dua jam lagi, mobil pengangkut barang akan tiba, dan dengan segera komputer ini akan masuk kotak untuk sementara. Hemmm...sedih? Sudah pasti. Sepekan dua pekan yang lalu, hawa perpisahan itu sudah terasa. Karena menurut beberapa orang, setelah lelaki itu datang, akan sulit menemukan waktu-waktu masak atau makan bersama di ruang makan kami, jalan kaki ke shimokitazawa, mengobrol sampai bosan, hingga sholat jamaah, sauh dan buka bersama, dll. Ternyata memang benar, waktu semakin terbatas. Tapi tentu ada harapan, bahwa kami masih bisa saling mengunjungi suatu hari nanti, atau sekedar bertukar cerita di padang rumput miring di sekolah. Makan siang bersama sambil menatap langit biru. Atau duduk di pojok
:: Lintasan pikiran yang direkam dalam ragam bentuk tulisan ::