Skip to main content

Menuju Tuhan [3]

Ada orang yang pertanyaan ini hadir saat ia mulai kesepian. Kala satu persatu sahabatnya 'pergi' menjemput kehidupannya masing-masing. Saat ia bertanya-tanya, siapa yang paling peduli akan kehidupannya.

Saat ia berada pada keramaian, justru itu saat paling sepi baginya, karena ia merasa merekalah bukti ketidak pedulian.

Lalu bila tak seorangpun peduli, untuk apa dia hidup?

Untuk apa ia bekerja keras? Melakukan riset, berusaha menuntaskan kuliah?
Untuk siapa? Ia menahan letih, bangun saat ia ingin tidur? Belajar saat ia ingin bermain? Kenapa harus bekerja keras?

Pertanyaan yang menggetarkan. Membuatku kehabisan kata-kata untuk sejenak. Kujelaskan sebisaku, kuharap ia mengerti...

Ada Tuhan, yang menciptakan segala sesuatu dengan tujuannya sendiri-sendiri. Satu-satunya, yang penuh cinta, penuh kasih dan sayang pada mahlukNya. Bagaimana ia bisa tak peduli pada kita-manusia- sementara sehelai daun jatuh saja Ia mengetahuinya.

DiutusNya rasul dari kalangan manusia untuk mengajarkan banyak hal. Memberikan cinta sekaligus teladan. Susah senangnya kita dirasakannya betul-betul.

Kitab suci yang berisikan manual hidup paling lengkap, dimana kita bisa menemukan apa saja di sana. Para Malaikat, takdir,...

Dan hari akhir tempat kita kembali. Saat keadilan sejati ditunjukkan...

Ya rahman, bantu ia untuk mengerti dan mengenalMu serta dienMu...

Comments

Anonymous said…
semoga ia bisa menggapai hidayahNYA lewat segala yang Allah hadirkan di diri Ka ya...:)

-febi spore-

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah