Skip to main content

Koen

Koen berarti taman dalam bahasa Jepang. Di sini, di bumi sakura, koen bisa ditemukan di banyak tempat. Dari mulai yang kecil hingga luaaaaaaaaaaas sekali. Yang ukuran mini, di dekat rumah saya, hanya berukuran sekitar 20 meter persegi. Lengkap dengan ayunan, prosotan, dll.

Anak-anak senang sekali bermain disana. Saya sering melihat banyak anak-anak yang datang bersama ibu atau ayah mereka. Kadang kakek-kakek, ataupun nenek-nenek, duduk bersantai disana.

Sudah hampir tiga bulan ini pergi ke taman menjadi rutinitas saya. Mengantar anak-anak. Anak-anak? Bukannya baru satu? Hehe... iyah sih, mengantar anak-anak orang. Anak-anak TK Islam Otsuka, tempat saya mengajar.

Mereka tak pernah bosan pergi ke taman setiap hari. Bersemangat tuk pergi, dan agak susah tuk pulang. Kalau diberitahu bahwa setelah sholat dhuhur dan makan ada kegiatan menarik yang lain, baru mereka ikut pulang. Apa saja yang dilakukan di taman? Bermain (tentu!), memberi makan merpati, memungut biji-bijian, mengamati pohon, dll...

Satu kali, saat duduk bersama memurajaah/mengulang hapalan Al Quran yang merupakan rutinitas setiap pagi, sampailah kami di surat al Bayyinah. Mereka memang sudah cukup lancar menghapalnya.

Adalah ayat-ayat terakhir yang selalu menggelitik hati saya. Tentang balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh. Jannah 'adn alias syurga 'adn.

Innaalladzina amanu waamilushsholihati ulaaika hum khoirulbariyyah.
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan mereka adalah sebaik-baiknya mahluk.
Jazaauhum indarobbihim jannatu 'adnin tajrimintahtihal-anharu. Khalidina fiha abada...Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah syurga adn, yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya.

Saya ingin membagi getaran itu, sebelum kami melanjutkan ke QS al Insirah alias Alam Nasyrah.

Tahu bahasa jepangnya jannah?
Mereka menggeleng
Koen. (mungkin ada kosakata lain yang lebih tepat, tapi tuk sementara ini dulu)
Mereka melongo...
Koennya bagus. Namanya adn.
Hemm...
Disana ada sungai macam-macam. Jazaauhum indarobbihim jannatu 'adnin tajrimintahtihal-anharu.
Sungai? Ada ikan? Ada kepiting? Ada tumbuhan?
Ada. Insya Allah. Sungainya juga macam-macam. Ada sungai susu, madu, jus, hehe... Kalau haus tinggal minum. Kalian suka apa?
Semua.
Boleh
Jus apel.
Boleh
Zamzam
Ok. Dan ada yang lebih asik lagi. Kalau sudah kesana nggak akan disuruh pulang. Bisa puas main sampai lamaaaaaaaaa. Selama-lamanya...Khaalidina fiiha abadaa...
Ada kilat-kilat dimata mereka...
Semua ingin pergi kesana? InsyaAllah. Jadi anak sholeh yaa. Itu koen tuk orang yang beriman dan beramal shalih alias banyak berbuat baik. Innaalladzina amanu waamilushsholihati ulaaika hum khoirulbariyyah.

Semua menggangguk semangat. Hati saya menghangat.

***
Sebenarnya lagi, penggalan ayat yang paling sering membasahkan mata saya adalah penggalan terakhir setelah cerita tentang koen eh jannah itu.

..radhiallahuanhum waradhu anhu, dzalika liman khasyia robbahu.
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya.


...Ya Rahman, jadikanlah kami golongan orang-orang yang seperti itu...

*ada modifikasi pada dialog. ga inget sampe persis banget. sahut-sahutan soalnya.
**dialog aslinya dalam nihonggo...

Comments

Anonymous said…
cerita yg menarik mbak Rieska. seneng deh kalo punya guru spt mba Rieska.

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar