Skip to main content

Dua puluh satu bulan bubu

Bubu masih mungil, 8.35 kg 78 cm. Makin sering membuat kepala bunda berdenyut sekaligus tertawa lucu.

Foto di samping adalah bubu bermain ayunan di koen/taman dekat rumah Oom di Nagoya (latar belakang: kaki baba). Itu adalah ayunan berpegangan pertama yang bubu naiki. Biasanya ia main dengan ayunan biasa dan bubu duduk di pangkuan baba atau bunda. Jadi dia senang sekali bisa bermain ayunan sendiri. Menggerak-gerakan badannya supaya ayunan bisa mengayun.

Gadis sholihat ini sudah pandai membuka dan memasang kaus kaki. Mulanya hanya bisa kaki kanan, kemudian dua-duanya. Tidak pakai acara terbalik dulu. Langsung sesuai lekukan. Setelah pandai membuka celana dan popok, ia juga bisa memakai celana sendiri.

Meski perekat popok itu dipakaikan di belakang, sekarang bubu tetap bisa membukanya kala ia merasa tak nyaman. Tinggal ditarik seperti membuka celana. Karena itu bunda harus waspada di waktu-waktu pergantian popok.

Bubu sudah bisa bermain pura-puraan. Misalnya makan-makan pakai alat plastik, atau gendong-gendongan. Ia sering menggendong Kimi boneka beruangnya dengan kain gendongan. Kimi diayun-ayun dan pantatnya ditepuk-tepuk. Mulutnya pun berbunyi. Persis gaya mamih kala menidurkannya dalam gendongan.

Bubu ingin sekali menggendong dedek. Setiap ada kesempatan ia akan berusaha menggendong dedek meskipun sampai sekarang belum pernah berhasil. Dedek terlalu berat untuknya. Jagoan ganteng itu sekarang berukuran 5.45 kg-59 cm.

Ohya kalau sebelumnya bubu mimik asi sebagai snack, akhir-akhir ini makin sering. Alhamdulillah asi bunda masih banyak sekali tuk dibagi berdua.

Terkait bahasa, kata favorit sekarang adalah "yuyu". Biasanya saat ia mau minta diambilkan hp (bubu suka sekali melihat rekaman video di hp). Kalau bubu mau digendong dia bilang : ap ap... Sedangkan dialog bubu minta asi adalah:
Bubu : Mau...mau...
Bunda : Mau apa?
Bubu : Nenen...
Hehe, udah pintar kan?

Baba seringkali lupa mengajak bubu bicara bahasa Arab seperti dulu. Baba pikir bubu tak mengerti, lebih mengerti bahasa Indonesia. Tapi bunda terus menyemangati baba. Bubu sedang masa penyerapan, insyaAllah ia mengerti, hanya saja belum keluar dari mulutnya.

Jangkauan bubu makin tinggi. Tempat olah makanan di samping bak cuci piring sudah bisa diraihnya. Kemarin tiba-tiba saja ia membawa baskom tempat bunda menyimpan toge mentah (bubu suka makan toge). Padahal bunda pikir tempat itu masih aman (bunda suka memotong macam-macam di situ, sehingga tentu saja sering ada pisau-talenan di sana. Bisa bahaya nih sekarang.

Sholehah yayang bunda, smoga terus semakin pintar dan baik hati yaa...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar