Skip to main content

Pergi bertiga pertama

Kemarin bubu (1 th 8 bln) mendapatkan imunisasi polio kedua. Di sini, imunisasi diadakan di dua tempat, puskesmas kantor kecamatan (kuyakusho) dan dokter anak. Imunisasi BCG dan polio adalah imunisasi yang diberikan di puskesmas itu.

Imunisasi kali ini istimewa, karena pertama kali kami pergi bertiga-naik angkutan umum. Biasanya kalau pergi bawa dua anak, ada kaka atau mamah yang antar. Mamah di tempat adik di Nagoya sedangkan kaka tak bisa mengantarkan karena harus bekerja. Ia hanya mengantarkan kami sampai halte bis di sta. Saginuma, stasiun terdekat dari rumah.

Dari rumah ke stasiun bubu digendong baba. Kami sengaja tidak membawa kereta bayi karena bis ke arah kuyakusho bukan tipe nonstep bus. Saya akan kerepotan menggendong bayi dan mengangkat kereta.

Di kursi bis, bubu berbaring. Ia menolak diajak duduk manis. Kakinya dinaik-kan ke atas seperti gayanya kala duduk di kereta bayi. Saya sempat khawatir ia tergoda untuk memencet-mencet tombol "stop" di bis. Alhamdulillah ia tak tertarik. Aktor satunya, dedek (1.5 bln) seperti biasa tertidur lelap di gendongan.

Di sana sudah banyak orang mengantri. Kami mendapat no 211 dan akan mulai masuk ruangan sekitar pukul 2 siang alias 45 menit lagi. Jadinya saya memutuskan untuk naik ke lt 2 mengurus beberapa hal terkait asuransi kesehatan (hoken).

Di lt 2 ini saat menunggu nomor saya dipanggil, bubu masih duduk manis di sebelah. Tak lama ia menemukan gang menarik, lalu pergi kesana. Selama masih dalam jangkauan mata, saya membiarkannya bereskplorasi kesana kemari. Tapi gawatnya ketika nomor saya dipanggil dan saya tak bisa terus menerus memegangnya.

Kadang ia berlari ke gedung sebelah yang terpisah oleh sebuah lorong, dua kali ia masuk ke dalam bagian tempat meja-meja bertugas. Saya memanggilnya, tapi ia malah menjauh sambil tertawa karena mengira sedang bermain kejar-kejaran seperti kami biasa lakukan di rumah. Huwaa...

Saya harus menghampirinya, lalu menuntunnya. Itu artinya saya minta permisi kepada petugas yang sedang melayani. Kalau ia masuk ke dalam, ada petugas yang antarkan bubu karena saya tentu tak bisa masuk kesana. Campur-campur geli melihat bubu dan tak enak pada petugas.

...

*rehat dulu*

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R