Skip to main content

Misterius

Salah satu buku yang menjadi bekal menginap di rumah sakit menjelang kelahiran Abdurrahman adalah bukunya Abdul Hamid al Bilali, yang berjudul Taujih Ruhiyah-Pesan-pesan Spiritual Penjernih Hati. Jadi ingat, buku itu hadiah dari sahabat2-uhm... bukan cuma sahabat, tapi saudari2 saya sebagai bekal merantau ke Jepang 4 tahun lalu.

Salah satu bagian yang menampar saya cukup hebat adalah cerita tentang orang-orang yang ingin menjadi orang-orang misterius. Betapa mereka menyembunyikan banyak amal-amal karena khawatir keikhlasannya berkurang.

Ada cerita tentang seorang ulama yang menulis buku sepanjang hidupnya secara diam-diam, baru menjelang meninggal ia memberitahu sahabatnya. Itupun dengan catatan, kalau sekiranya ada tanda amalnya diterima Allah SWT buku itu diterbitkan, tapi bila tidak akan dihancurkan.

Ada juga tentang seseorang yang menyembunyikan tangisnya, meski di depan istrinya karena takut "dikira" orang yang benar-benar takut kepada Allah.

Saya tidak bermaksud membahas tentang bagaimana ikhlas, perlukah menampakkan amal atau tidak, karena itu sudah sangat jelas bahasannya. Tekanan di sini adalah menyembunyikan sebagian amal untuk menjaga keikhlasan.

Orang-orang yang menyembunyikan amal-amalnya itu juga dikenal sebagai ulama shalih yang banyak amalnya. Namun diantara amal-amalnya itu ada yang disembunyikan dari sesama manusia dengan harapan itu bisa meninggikan kedudukan mereka di sisi Allah.

Hem...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R