Skip to main content

Puzzle 38 (Rasa rumah)

Salah satu yang paling dikenang seorang anak dari ibunya adalah rasa masakan ibu.

Bertahun-tahun di masa kecilnya, perempuan itu menganggap bahwa masakan yang paling enak adalah masakan mamahnya. Memang sih... dulu hampir tak pernah pergi ke restoran, apalagi yang mahal hehe...

Kos di dekat sekolah, merantau ke negeri orang, memiliki efek kerinduan terhadap rasa rumah. Meski beberapa kali mencoba, kebanyakan ia merasa gagal menciptakan kembali rasa makanan rumah pada masakannya.

Ia sendiri menangkap binar-binar dan antusias lelaki suaminya saat dibuatkannya beberapa makanan khas semisal pastel jalang kotek atau nagasari. Bela-belain menelepon ibu mertua untuk mendapatkan resepnya. Tapi sejauh ini masih belum berhasil memiripkan, hehe...

Nyatanya, merasai citarasa masakan rumah (semisal sekedar dadar telur), seperti mengembalikan rasa tentang perhatian ibunda, kehangatan rumah, kedeketan kakak-adik, dll. Membuat kita menjadi merasa beruntung, sejenak melupakan masalah-masalah yang dulu pernah ada dan menegangkan urat syaraf...

***
Saya beruntung, beberapa pekan mamah menemani disini. Merasakan makanan rumah di rumah mungil ini menyenangkan sekali. Alhamdulillah...

Lalu mulai-mulai berpikir, apa dua buah hati ini nanti akan mengenang masakan bundanya? Hem... semoga bunda yang masih lucu ini bisa terus berusaha belajar agar ada yang pantas dikenang dan bisa menjadi amal shalih...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R