Skip to main content

Menular

bersama pandai besi, kau akan terperciki api
bersama penjual parfum, maka dirimu kan menjadi harum


Bukan ingin merendahkan pandai besi, tapi pepatah itu memang melukiskan kenyataan. Ingin menjadi seperti apa, maka seperti dengan orang seperti itulah kita berdekat-dekat.

Saya ingin sekali menjadi penulis dan menulis dengan baik. Lalu saya bergabung dengan sebuah komunitas kepenulisan. Lambat laun, sedikit sedikit, pena sedikit terasah.

Menggoreskan dengungan kata-kata di kepala

Lalu kesibukan pindahan, akses internet, dan peran baru membuat saya harus mengunci beberapa pintu. Dan kemudian saat saya kembali, saya kehilangan dengungan. Pena menjadi kaku.

Hari ini, milis rumah cinta tempat banyak orang berbagi untuk belajar menulis, baru sempat saya buka. Karya-karya berhamburan, beserta letupan semangat untuk saling mengoreksi. Subhanallah...Tiba-tiba kepala ini berdengung-dengung. Menggumankan banyak kata-kata...yang menunggu untuk digoreskan kembali. Bismillah

Saya telah tertular lagi, energi untuk meraih mimpi...

Comments

Anonymous said…
sok atuh diantos sumbanganna ^ - ^

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R