Skip to main content

Menular

bersama pandai besi, kau akan terperciki api
bersama penjual parfum, maka dirimu kan menjadi harum


Bukan ingin merendahkan pandai besi, tapi pepatah itu memang melukiskan kenyataan. Ingin menjadi seperti apa, maka seperti dengan orang seperti itulah kita berdekat-dekat.

Saya ingin sekali menjadi penulis dan menulis dengan baik. Lalu saya bergabung dengan sebuah komunitas kepenulisan. Lambat laun, sedikit sedikit, pena sedikit terasah.

Menggoreskan dengungan kata-kata di kepala

Lalu kesibukan pindahan, akses internet, dan peran baru membuat saya harus mengunci beberapa pintu. Dan kemudian saat saya kembali, saya kehilangan dengungan. Pena menjadi kaku.

Hari ini, milis rumah cinta tempat banyak orang berbagi untuk belajar menulis, baru sempat saya buka. Karya-karya berhamburan, beserta letupan semangat untuk saling mengoreksi. Subhanallah...Tiba-tiba kepala ini berdengung-dengung. Menggumankan banyak kata-kata...yang menunggu untuk digoreskan kembali. Bismillah

Saya telah tertular lagi, energi untuk meraih mimpi...

Comments

Anonymous said…
sok atuh diantos sumbanganna ^ - ^

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah