Skip to main content

Tak hanya speechless...

Melanjutkan posting sebelumnya, pikiran saya melayang saat saya membaca ummi edisi bulan april lalu. Ohya, jangan heran kenapa di jepang masih bisa baca ummi atau majalah islam lainnya. Selain sekolah, saya juga menjadi distributor aneka majalah indonesia sejak setahun lalu. Awalnya menggantikan mbak yang pulang kampung, jadi keterusan. info lengkapnya ada di sini

Eits, jangan keterusan promosi. Kembali pada topik semula ya...

Di ummi itu, dikisahkan peraih ummi award 2004 kategori ibu bekerja. Nama beliau adalah dr Dyah Retnani Basuki. Beliau ini ibu empat anak yang juga menjadi Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kab. Purbalingga. Ia menjadi tokoh penting terciptanya subsisdi silang yang menguntungkan banyak pihak dengan JKPM (Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) pada tahun 2001.

Caranya adalah dengan membayar 50 ribu rupiah untuk setahun, seluruh anggota keluarga anggota JKPM akan mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan yang uangnya dikelola dari masyarakat sendiri, yang mampu mensubsidi yang tidak mampu.

Untuk masyarakat miskin dibebaskan biaya mulai dari puskesmas, rawat jalan di rumah sakit umum, rawat inap, biaya melahirkan bahkan operasi. Untuk masyarakat mampu, bebas biaya puskesmas, rawat jalan rumah sakit umum, dan rawat inap gratis untuk kelas 3 (ganti kelas yang lebih tinggi tinggal bayar selisih). Untuk operasi subsidi JKPM sebesar 500 ribu rupiah.

Partisipan program ini sudah 70% atau sekitar 180 ribuan kepala keluarga di Purbalingga. Kebikajan ini mendapat pujian dari PBB melalui WHO dan menjadi program percontohan nasional untuk pelayanan kesehatan daerah. Sejak September 2004 banyak wakil dari berbagai daerah Indonesia berkunjung kesana untuk studi banding.

Andil para ulama untuk keberhasilan ini pun sangat besar. Mereka ikut mengkampanyekan, memberitahukan manfaat JKPM jika masyarakat sakit. Kalau mereka tidak sakit pun maka uang itu menjadi infak bagi yang membutuhkan.

Subhanallah yaa...begini lah jika kepedulian berpadu dengan kemampuan serta kedudukan untuk melalukan perbaikan. Luas, nyata, dan menyentuh...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R