Skip to main content

Penyakit kompi

Malam kemarin, aku sedang membalas e-mail ketika tiba-tiba komputerku mati sendiri.

Hey hey? Kenapa lagi? Tadi pagi aku terheran-heran karena berkali-kali hidup sendiri. Sekarang bisa mati sendiri, lebih heran lagi. Tanpa ritual shutdown pula. Bisa rusak nih kompi. Aku memandang sekeliling yang sepi. Jam 10 malam, dan suami belum pulang.

Lalu aku menghidupkan lagi, tapi tak lama masih dalam proses mati lagi. Ada yang bergetar di hati. Akhirnya terlintas ide di kepalaku. Kusentuh tombol power, dan kubisikkan ayat kursi, sambil berusaha merasakan adakah kekuatan lain di sekitar tombol itu. Hemm...tak ada...

Tak lama komputer hidup normal. Alhamdulillah. Usai menunggu scanningan yang lama, aku OL kembali dan segera kutanya kawan yang terlihat OL di YM.

Dia bilang VIRUS!

Waa? Bukan spy apalagi .... ya?

Segera saja si kompi discan anti virus yang ada, dan kawanku itu juga menyarankan untuk mencari software anti virus yang lebih hebat. Sampai urusanku selesai, kompi itu baik-baik saja.

Saat aku cerita suami tentang kejadian itu, dia begitu geli mendengar ceritaku. Dan terlantunlah sebuah pantun dari mulutnya saat membuat sarapan pagi untuk kami.

Masak telur pakai dashi*
ada komputer dibacain ayat kursi


*) dashi adalah salah satu bumbu masakan jepang, aku sering menyebutnya kaldu ikan

Comments

Anonymous said…
Virus takut ayat kursi? Insya Allah...dengan seijin Allah. Klo nyari barang2 yg nyelip2 aku suka sambil baca surah Al-Insyirah. Alhamdulillah..lebih sering barang ketemu daripada gak

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah