Skip to main content

Barang-barang Berguna

Kadang-kadang ada yang tanya bagaimana caranya memenej pekerjaan rumah tanpa asisten di negeri asing. Kalau pas ke Indonesia saya lupa bagaimana caranya. Tapi pas disini jadi ingat lagi dan bersyukur dengan peralatan-peralatan yang ada.

1. Mesin cuci 
Saya baru pakai di asrama Komaba lalu punya sendiri pas sudah menikah. Jadi kebayang bedanya antara ada dan ga ada. Sangat membantu apalagi dengan jumlah baju pasukan yang semakin banyak. Dan ajaibnya dua kali punya mesin cuci dikasih temen.
Yang pertama dari bu Nur, mahasiswi S3 yang juga dosen di Yogya. Lalu diganti warisan Anna mualaf asal Bulgaria. Mesin cuci dari bu Nur lalu diwariskan ke mahasiswa di Nigata.

2. Mikser duduk (standing mixer)
Sekeluarga cake lover jadi sering sekali buat kue. Mixer di rumah warisan uni Sivia. Sangat membantu karena dia bisa ngocok sendiri sementara kita melakukan pekerjaan lain.

3. Gendongan bayi
Keputusan besar membeli gendongan bayi yang mahal alhamdulillah tidak salah. Saat bekerja bayi bisa digendong belakang

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R