Akhir-akhir ini saya seringkali merasa sangat rapuh. Banyak pekerjaan yang selesai seadanya, dan target-target pribadi banyak yang tak tercapai. Alasannya seringkali tercampur antara kelemahan gisik dengan kelemahan psikis. Nyatanya yang menjadi kambing hitam adalah bawaan hamil.
Tapi memang untuk mengatasi tekanan jiwa, saya harus berkompromi, bahwa ada beberapa hal yang berubah. Bahwa pada masa ini, tak semua keinginan bisa menjelma sempurna, dan tak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Belajar realistis dan berkompromi dengan diri. Karena bila tidak, stress yang berkepanjangan bisa jadi meliliti dan membuat kita bertambah menderita.
Beberapa kawan-kawan saya senasib, memiliki tantangan yang tak kalah banyak. Misalnya tempat bekerja yang jauh di tengah morning-sick yang parah, bukan yang pertama sehingga harus mengurus kakak-kakak si calon bayi yang juga masih kecil-keci, dll. Uhm...memang saya tak sekuat mereka...begitulah sisi hati ini mencari alasan.
Dan saya tergugu, dalam dua hari berturut-turut, berhubungan dengan dua orang mba. Yang satu sedang sakit dan ada pembengkakan yang cukup menganggu dan sakit, sementara yang berjuang dengan suami yang sedang sakit parah. Meski kondisinya berbeda, tapi mereka punya kesamaan, sama-sama tak mudah menyerah. Tetap berusaha menjalankan segala amanah dengan sebaik-baiknya.
Dan doa yang diminta pun bukan hanya tentang kesembuhan, tapi doa agar di tengah ujian sakit itu, ia masih bisa menjalankan tugas rumah tangga dan dakwah.
Subhanallah...
Saya seringlupa dengan hal yang satu itu. Doa, agar kondisi yang buruk yang meliputi kita, entah finansial, kelemahan fisik, dll., tak membuat kita merusak kepercayaan banyak pihak. Kepercayaan bahwa kita bisa amanah dengan semua kewajiban yang melekat pada kita.
Tapi memang untuk mengatasi tekanan jiwa, saya harus berkompromi, bahwa ada beberapa hal yang berubah. Bahwa pada masa ini, tak semua keinginan bisa menjelma sempurna, dan tak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Belajar realistis dan berkompromi dengan diri. Karena bila tidak, stress yang berkepanjangan bisa jadi meliliti dan membuat kita bertambah menderita.
Beberapa kawan-kawan saya senasib, memiliki tantangan yang tak kalah banyak. Misalnya tempat bekerja yang jauh di tengah morning-sick yang parah, bukan yang pertama sehingga harus mengurus kakak-kakak si calon bayi yang juga masih kecil-keci, dll. Uhm...memang saya tak sekuat mereka...begitulah sisi hati ini mencari alasan.
Dan saya tergugu, dalam dua hari berturut-turut, berhubungan dengan dua orang mba. Yang satu sedang sakit dan ada pembengkakan yang cukup menganggu dan sakit, sementara yang berjuang dengan suami yang sedang sakit parah. Meski kondisinya berbeda, tapi mereka punya kesamaan, sama-sama tak mudah menyerah. Tetap berusaha menjalankan segala amanah dengan sebaik-baiknya.
Dan doa yang diminta pun bukan hanya tentang kesembuhan, tapi doa agar di tengah ujian sakit itu, ia masih bisa menjalankan tugas rumah tangga dan dakwah.
Subhanallah...
Saya seringlupa dengan hal yang satu itu. Doa, agar kondisi yang buruk yang meliputi kita, entah finansial, kelemahan fisik, dll., tak membuat kita merusak kepercayaan banyak pihak. Kepercayaan bahwa kita bisa amanah dengan semua kewajiban yang melekat pada kita.
Comments