Skip to main content

Sharing buku [3: Jangan...]

Ini bagian terakhir dari bab I (Tujuan Tarbiyah)
Bagian pertama disini
Bagian kedua disini

*intermezzo*

Hari ini suami bilang, bahwa tarbiyah dalam bahasa arab, selain berarti pendidikan, bisa diterjemahkan sebagai pemeliharaan. Jadi jangan heran bila di tempat-tempat perternakan kita bisa menemukan papan bertuliskan 'tarbiyah ayam' hehe... Maaf, nih bahasa arabnya ayam ga ingat :D

***
Ada beberapa sikap yang harus dihindari oleh para pendidik, yaitu:
1. Perfeksionis
Maksudnya tentu saja, menuntut anak-anak untuk menjadi sempurna. Padahal, mereka masih punya banyak keterbatasan.

Contoh kasus:
Hoda memperlihatkan rapor sekolah pada ayahnya. Disana tertera tujuh buah A dan sebuah B.
Sang ayah berkomentar, "Wah ayah tahu kamu bisa melakukan yang lebih baik dari ini. Hoda, lain kali ayah ingin melihat semuanya A, ya."
Lalu rapor itu diletakkan dan tak ada komentar lagi

Cerita lain:
Kakeknya Ali mengirimkan kartu lebaran, sehingga Ali membuat kartu ucapan terima kasih dengan menggunakan komputer ayahnya. Setelah selesai, ia memperlihatkan kartu itu pada ibunya.
"Wah, bagus. Tapi paragraf terakhirnya berantakan sekali. Coba buat lagi" kata ibunya.

Disini kita bisa melihat dua orang tua yang perfeksionis yang menjatuhkan rasa percaya diri/harga diri (self esteem) anaknya dengan cara tak pernah merasa puas pada apa yang dicapai anak-anak mereka. Arahan perbaikan memang diperlukan, tapi setelah kebutuhan self esteem anak terpenuhi. Penting sekali untuk menghargai usaha mereka.

Coba rasakan beda, seandainya ayah Hoda berbicara seperti ini:

"Ayah bangga sekali, nak...Masya Allah...tujuh buah A! Ayah yakin kamu juga senang seperti ayah, ya. Lihat, Allah selalu menghargai orang-orang yang bekerja keras dan berusaha untuk menyempurnakan apa yang mereka lakukan. Allah meridhai apa yang kamu lakukan dan kamu mendapat nilai-nilai yang baik. Selamat ya sayang..."

Lain waktu, barulah sang ayah mengajak Hoda diskusi tentang bagaimana meningkatkan nilai B satunya.

2. Over proteksi

3. Mengejek/menghina (humiliation)

uhm...baru nulis dikit dah pegel punggung...to be continue dulu deh...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah