Skip to main content

Lelaki (-lelaki) hebat

Sudah sejak lama saya menjadi fans berat para bunda. Ya, apalagi para bunda di Jepang ini. Bukan saja karena ada saat-saat dimana saya senantiasa mendapatkan perbaikan asupan gizi saat berkumpul bersama mereka, atau mendapatkan cerita dan nasihat/hikmah menarik saat berjumpa mereka. Tapi perjuangan mereka di keluarga, yang nyaris selalu sendirian mendidik dan merawat anak-anak di tengah keterasingan akidah negeri sakura.

Mereka juga keluar pada akhir pekan untuk belajar/mengajar dan juga menyelenggarakan aneka kegiatan. Ransel di pundak, bawaan seabrek, dengan para buntut yang kadang juga masih digendong atau harus dibawa dengan kereta bayi. Naik turun kereta atau bis...

Seringkali saat saya menghadiri banyak pertemuan, hati saya sudah kuyup oleh keharuan saat menatapi mereka. Ada pelajaran tentang keikhlasan dan ketegaran di sana...

Setiap lelaki hebat, hampir selalu didampingi oleh perempuan hebat, katanya.

Akhir pekan ini, ada rasa yang juga bertambah. Semakin nyata terlihat, di balik kehebatan para bunda dalam menjalankan tugas-tugas mereka, ada para bapak yang tak kalah hebatnya...

Karena tak setiap waktu para bunda itu menjadi superwoman yang bisa mengerjakan semua tugasnya dengan sempurna. Ada tugas-tugas yang (harus) dititipkan untuk sementara kepada suami-suami mereka.

Pada saat persiapan, saat bunda-bunda menggelar rapat melalui internet, tanpa diminta lelaki-lelaki hebat itu memasak sendiri, makan sendiri, cuci piring sendiri bahkan merawat anak-anak sendiri. Kadang mereka juga turun membantu menyiapkan pernak-pernik kegiatan. Menjadi pendamping/antar jemput bapak pembicara, atau turun membantu menyiapkan pesanan bento untuk konsumsi.

Saat acara, mereka juga berbaik hati mengambil alih tugas istrinya menjaga anak-anak. Baik itu di rumah ataupun membawa anak-anak itu (termasuk bayi mungil dengan susu dan popoknya) pergi dalam aktivitasnya masing-masing.

Lelaki yang hebat. Bersedia menjadi nomor dua untuk sementara. Bersedia merepotkan diri sendiri agar istrinya itu bisa maju dan berkembang serta berguna di lingkungan yang lebih luas.


--smoga Allah selalu menyayangi, menolong dan merahmati orang-orang yang tolong menolong dalam kebaikan dan takwa---

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar