Maaf, baru dilanjutkan lagi.
Selain dibuat spesial untuk lelaki terkasih, tulisan ini juga ditulis untuk Siti dan Upi, dan siapa saja rekan-rekan yang mengikuti dengan setia serial ini ^_^
Masih ingat dengan apa yang sebaiknya tidak dilakukan orang tua? Ya, ada tiga yang dimunculkan buku ini: perfeksionis, over proteksi, dan humiliasi (mengejek/menghina). Yang pertama sudah dibahas disini. Sekarang yang kedua dan ketiga.
2. Over Proteksi
Ada anak bernama Ahmad, yang ingin belajar skating dengan teman-temannya. Tapi ayahnya melarang karena ia (ayahnya) waktu kecil pernah terluka saat mencobanya. Lalu ada Nuha yang diminta dua keluarga muslim untuk menjaga anak mereka. Tapi ibunya tidak setuju, dengan alasan tanggung jawab besar saat menjaga anak dan takut terjadi apa-apa.
Orang tua Ahmad dan Nuha sangat berusaha menjaga anak-anaknya, tapi mereka melewati batas antara melindungi dan mengecilkan hati (protection-discouragement). Padahal, luka di kaki bisa sembuh, tapi luka akibat dianggap tak bisa akan terasa dalam. Bukankah lebih baik diizinkan untuk mencoba sambil dibekali semangat dan perangkat-perangkat supaya bisa berhasil?
3. Mengejek/menghina
Seringkali, cap-cap terhadap anak mudah dikeluarkan orang tua atau lingkungannya. Si gendut, si gembul, si bawel, dll.
Atau penghinaan seperti yang dialami Fatimah. Ia anak kelas lima SD. Senang sekali menonton TV. Aturan di rumah, ia baru boleh menonton jika PR/tugasnya selesai. Suatu hari deadline PRnya bentrok dengan acara kesayangannya. Ia pun berbohong pada ibunya, bahwa esoknya tak ada tugas yang dikumpul sehingga ia diijinkan menonton. Ternyata keesokan harinya ibu gurunya bertanya tentang tugas itu pada ibunya. Tentu saja ibunya sangat marah. Saat Fatimah sedang bermain lompat tali bersama kawan-kawannya, ia berteriak marah, "Dasar kamu ini pembohong, ya!!!!" Rasanya Fatimah ingin masuk kedalam tanah...
Padahal di QS al Hujurat 49:11 Allah telah melarang orang-orang beriman untuk memanggil dengan panggilan yang buruk. Penting sekali untuk memanggil sesama dengan panggilan yang baik, yang disukainya. Tak terkecuali, anak-anak.
***
Parenting Style
Para ahli, menggolongkan cara orang tua mendidik anaknya dengan 4 gaya, yaitu: Permissive, Free reigning, Authorian, dan Controlling. Tentu saja gaya-gaya ini punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang paling ideal sih gaya ke-5 (gubraks) yaitu nurturing and setting limits.
Lihat bagaimana gaya mereka dalam menghadapi anak-anak yang:
- ingin tidur agak larut karena ingin nonton TV dengan acara kesukaannya
- terlambat makan malam
Ayah yang permisif:
Cenderung bermasalah dalam menetapkan batasan-batasan **strong nurturer-weak limit setter**
Contoh komentar:
- Oke, kamu boleh tidur telat. ayah tahu kamu suka sekali acara ini
- Kamu ga dengar panggilan ayah untuk makan malam? Ok, sekarang duduk, ayah hangatkan makanan dulu supaya kamu ga makan makanan dingin
Ibu yang free reigning
**weak in nurturing-in limit setter
Contoh komentar:
- Kamu kerjakan sendiri, ibu sibuk
Ayah yang otoriter
Seringkali gagal mendengarkan anaknya atau menghargai ide/pendapatnya
**weak nurturer-strong limit setter**
Contoh komentar:
- Ini waktunya tidur, ga ada alasan, Fatima
- Kamu terlambat untuk makan malam, jadi kamu tak makan malam malam ini.
Ibu yang pengontrol
**strong nurturer-too many limits setter**
Contoh Komentar:
- Ali, mama ingin kamu pakai baju ini ke masjid
Seimbang antara nurturing-setting limits
Ingat QS 2:143 tentang umatan wasatan? Begitulah sebaiknya orang tua menjadi seimbang, terutama dalam menjaga hati sekaligus mendisiplinkan anak, seperti contoh komentar-komentar ini:
- Sumayya, ingin sekali ibu membiarkan kamu tidur agak larut. Tapi besok sekolah dan ibu tak enak hati bila kamu kurang tidur.
- Ali, terlambat lagi untuk makan malam. Bagaimana kita selesaikan ini?
***
Beberapa prinsip penting
to be continue...
Selain dibuat spesial untuk lelaki terkasih, tulisan ini juga ditulis untuk Siti dan Upi, dan siapa saja rekan-rekan yang mengikuti dengan setia serial ini ^_^
Masih ingat dengan apa yang sebaiknya tidak dilakukan orang tua? Ya, ada tiga yang dimunculkan buku ini: perfeksionis, over proteksi, dan humiliasi (mengejek/menghina). Yang pertama sudah dibahas disini. Sekarang yang kedua dan ketiga.
2. Over Proteksi
Ada anak bernama Ahmad, yang ingin belajar skating dengan teman-temannya. Tapi ayahnya melarang karena ia (ayahnya) waktu kecil pernah terluka saat mencobanya. Lalu ada Nuha yang diminta dua keluarga muslim untuk menjaga anak mereka. Tapi ibunya tidak setuju, dengan alasan tanggung jawab besar saat menjaga anak dan takut terjadi apa-apa.
Orang tua Ahmad dan Nuha sangat berusaha menjaga anak-anaknya, tapi mereka melewati batas antara melindungi dan mengecilkan hati (protection-discouragement). Padahal, luka di kaki bisa sembuh, tapi luka akibat dianggap tak bisa akan terasa dalam. Bukankah lebih baik diizinkan untuk mencoba sambil dibekali semangat dan perangkat-perangkat supaya bisa berhasil?
3. Mengejek/menghina
Seringkali, cap-cap terhadap anak mudah dikeluarkan orang tua atau lingkungannya. Si gendut, si gembul, si bawel, dll.
Atau penghinaan seperti yang dialami Fatimah. Ia anak kelas lima SD. Senang sekali menonton TV. Aturan di rumah, ia baru boleh menonton jika PR/tugasnya selesai. Suatu hari deadline PRnya bentrok dengan acara kesayangannya. Ia pun berbohong pada ibunya, bahwa esoknya tak ada tugas yang dikumpul sehingga ia diijinkan menonton. Ternyata keesokan harinya ibu gurunya bertanya tentang tugas itu pada ibunya. Tentu saja ibunya sangat marah. Saat Fatimah sedang bermain lompat tali bersama kawan-kawannya, ia berteriak marah, "Dasar kamu ini pembohong, ya!!!!" Rasanya Fatimah ingin masuk kedalam tanah...
Padahal di QS al Hujurat 49:11 Allah telah melarang orang-orang beriman untuk memanggil dengan panggilan yang buruk. Penting sekali untuk memanggil sesama dengan panggilan yang baik, yang disukainya. Tak terkecuali, anak-anak.
***
Parenting Style
Para ahli, menggolongkan cara orang tua mendidik anaknya dengan 4 gaya, yaitu: Permissive, Free reigning, Authorian, dan Controlling. Tentu saja gaya-gaya ini punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang paling ideal sih gaya ke-5 (gubraks) yaitu nurturing and setting limits.
Lihat bagaimana gaya mereka dalam menghadapi anak-anak yang:
- ingin tidur agak larut karena ingin nonton TV dengan acara kesukaannya
- terlambat makan malam
Ayah yang permisif:
Cenderung bermasalah dalam menetapkan batasan-batasan **strong nurturer-weak limit setter**
Contoh komentar:
- Oke, kamu boleh tidur telat. ayah tahu kamu suka sekali acara ini
- Kamu ga dengar panggilan ayah untuk makan malam? Ok, sekarang duduk, ayah hangatkan makanan dulu supaya kamu ga makan makanan dingin
Ibu yang free reigning
**weak in nurturing-in limit setter
Contoh komentar:
- Kamu kerjakan sendiri, ibu sibuk
Ayah yang otoriter
Seringkali gagal mendengarkan anaknya atau menghargai ide/pendapatnya
**weak nurturer-strong limit setter**
Contoh komentar:
- Ini waktunya tidur, ga ada alasan, Fatima
- Kamu terlambat untuk makan malam, jadi kamu tak makan malam malam ini.
Ibu yang pengontrol
**strong nurturer-too many limits setter**
Contoh Komentar:
- Ali, mama ingin kamu pakai baju ini ke masjid
Seimbang antara nurturing-setting limits
Ingat QS 2:143 tentang umatan wasatan? Begitulah sebaiknya orang tua menjadi seimbang, terutama dalam menjaga hati sekaligus mendisiplinkan anak, seperti contoh komentar-komentar ini:
- Sumayya, ingin sekali ibu membiarkan kamu tidur agak larut. Tapi besok sekolah dan ibu tak enak hati bila kamu kurang tidur.
- Ali, terlambat lagi untuk makan malam. Bagaimana kita selesaikan ini?
***
Beberapa prinsip penting
to be continue...
Comments