Skip to main content

Puzzle 30 [Calon ayah]

Sejak sembilan bulan yang lalu, lelaki itu berusaha dengan keras memerankan tugasnya sebagai calon ayah. Menghadapi masa-masa awal yang sulit semisal membuat lontong alumunium atau di masa-masa akhir seperti ini saat aneka gosokan, pijatan dan permintaan bantuan sedang menjadi komoditas favorit.

Lelaki itu sering menyembunyikan lelahnya. Bergegas ke dapur pada jam sepuluh malam-sepulang ia bekerja-untuk mengolah sesuatu kala tak didapatinya lauk untuk dimakan sementara istrinya berada dalam selimut dengan alasan yang berganti-ganti antara kedinginan, mulas atau sakit kepala. Kadang perempuan itu ikut menonton di dapur, atau hanya menunggu pasrah saat lelaki itu membawakan sesuatu yang beraroma sangat menggoda dan mengajaknya untuk makan bersama.

Diam-diam, kala dini hari, di antara tidur yang terputus-putus, perempuan itu diam-diam memandangi lelaki itu sambil menahan haru. Semoga sabar selalu memenuhi hatinya dan semoga Allah selalu menyayangi dan memberinya petunjuk.

***
Calon ayah itu juga sangat lucu. Selain suka menyetorkan hasil murajaahnya kepada si kecil, akhir-akhir ini ia juga hobby mengumandangkan azan. Tak hanya di waktu sholat, tapi juga sebelum tidur.

Hal ini dimulai sejak kontraksi yang menguat senin lalu, yang membuat calon orang tua itu pergi ke rumah sakit tempat bersalin nanti. Membawa perbekalan, naik taksi yang dihitung waktunya. Semasa berkemas, ia terus berlatih melafalkan azan, membuat perempuan itu melupakan mulasnya dan senyum-senyum.

Olala....sampai di RS sakitnya menghilang, dan mereka diminta pulang kembali.

Sepertinya diantara sekian banyak mulas, mulas menjelang melahirkan itu menyakitkan tapi ditunggu-tunggu yaa? Hehe

***
Bekerja paruh waktu selama l.k 6 jam juga membuat dia agak-agak khawatir membiarkan istrinya sendirian. Tapi istrinya berjanji akan meneleponnya jika ada apa-apa. HP yang dulu sering disimpan di tas pun sekarang tak lepas dari saku. Tanpa bermaksud jail tapi memang terlihat jail, kadang istrinya meneleponnya sekedar melepas rindu. Saat telp tak tersambung, ia pun panik menelepon balik dengan pikiran macam-macam. Hehe...

"Kaka, ini suara ---chan, azanin jarak jauh yaa"

^_^

Ah, calon ayah... smoga ada rizkimu untuk menunggui kelahiran putri pertamamu itu. Tapi yang paling penting, smoga setelah ini kita bisa bekerja sama, bahu-membahu membesarkan dan mendidiknya, agar ia menjadi bidadari kesayanganNya dan juga ummatNya...aamiin...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R