Skip to main content

Puzzle 21 (Perubahan)

Setelah ada penghuni baru di rahimnya, bertambah-tambahlah kekaguman perempuan itu pada para bunda...

Mau tidak mau, ada perubahan di rumah itu. Meski awalnya ada beberapa keanehan, seperti perut yang seringkali sakit, linu di dalam, dsb., episode mual-mual yang cukup hebat di waktu pagi dan malam hari kini dirasai perempuan itu. Jujur saja, ia lebih bisa ridha menerima rasa itu daripada sakit aneh seribu tanda tanya. Minimal ia tahu, ini khas, normal, dan wajar dialami sekian perempuan dari sekian calon ibu di dunia.

Meski kemudian, alhamdulillah, setelah bertanya kesana kemari, ternyata sakit di awal itu pun masih terbilang normal. Asal tidak pendarahan, katanya.

Bukan hanya sakit yang dirasakan, tapi diam-diam, ada rasa bersalah yang kerap menyelusupi hatinya. Saat menyaksikan lelaki itu berkutat dengan aneka bumbu dan bahan. Ia lah yang beberapa hari ini mengambil tugas sepenuhnya dalam hal memasak dan mencuci piring, tugas yang biasanya dikerjakan berdua.

Tapi bagaimana lagi, berdiri terlalu lama masih membuatnya kepayahan. Banyak hal harus dikerjakannya sambil duduk hingga bangku kayu itu begitu akrab dengannya.

Pernah, ia tak kebagian tempat duduk di kereta, saat berusaha untuk tetap datang ke salah satu taman syurga di Tokyo ini. Berdiri sekitar 20 menit disambung ganti kereta membuatnya nyaris ambruk. Hingga seorang wanita Jepang yang ada di sampingnya, yang tak ia kenal namanya, kemudian mengusap-ngusap punggungnya. Menyalurkan hangat dan aman. Terima kasih ibu...

Bertanya-tanya ia dalam hati, bagaimana para bunda melewati semua hari? Bagaimana mereka tegar menjalani setiap peran? Padahal saat mereka hamil mereka tak berhenti dari tugasnya sebagai seorang hamba, seorang istri, seorang ibu dari anak yang lain, seorang daiyah, seorang ....

Ya, Rahman...rahmati para bunda, Sanggupkan mereka untuk senantiasa ikhlas, mengalirkan cinta ke setiap sendi dunia
Ya, Ghafar, ampuni kami yang masih belum sanggup menjalankan sepenuhnya setiap amanah darimu
Ya, Rabbi...berikan karunia berlimpah bagi para bapak, para suami, agar mereka senantiasa tegar
aamiin...

::mama, ibu, papap, bapak, kaka...maafkan saya...
semoga Allah selalu menyayangi dan merahmati kalian semua...

Comments

Zalfany said…
Teh Rieska ... selamat ya ... mudah-mudahan diberi kekuatan dalam kehamilannya, sehingga nanti bayinya insya Allah bisa lahir dengan selamat.

* waah ... keluarga besar PPI Tokodai lagi musim nambah bayi keliatannya ^_^ *
Ya said…
wah..mbak Riska omedeto...yappari pas baca blog ini Iya udah nerka..tapi gak berani nebak2..(^_^)
smoga mbak Riska dikasi kekuatan dan kesehatan olehNya dan mudah-mudahan bisa lahir dengan selamat ya mbak..

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar