Skip to main content

Ahad ini

Jelang ahad kemarin, ada keriuhan tersendiri. Pasalnya di SRIT, ada dua kegiatan. Normalnya memang ada acara ceramah ahad plus buka puasa bersama. Kali ini yang masak ibu-ibu dan mba-mba pengajian di kanto (plus fuchu). Gotong royong, melibatkan lebih dari 30 orang, memasak untuk sekitar 300-350 orang.

Lelaki yang menemani saya pergi ke SRIT amat terkejut dengan banyaknya orang yang datang. Kata dia, ini jumlah orang indonesia terbanyak yang dia lihat di luar negeri-selain mekkah tentunya. Hehe...belum tahu dia, kalau lebaran jaaaaaaaaaaaaauh lebih banyak lagi. Mungkin di banding negara lain yang pernah ditinggalinya (Yaman-Maroko), Mepang punya populasi orang indonesia yang lebih banyak. Data pemilu tempo hari katanya l.k 15 ribuan. Dan sebagian besar memang numplek di Tokyo.

Oow, jangan bayangkan para pemasak itu semua tumplek blek dalam dapur imut di sini. Ga bakalan muat. Mereka memasak di rumah masing-masing dengan porsi yang sudah ditetapkan, lalu dikumpulkan dan diatur di tempat masak. Ada juga yang memasak di dapur SRIT (capcay, es buah, nasi, kerupuk).

Rata-rata memang tipe makan-makan or buka puasa disini memang begitu. Gotong royong. Tapi kali ini jumlah konsumennya merekor. Saya sendiri tak terbayangkan berapa banyak makanan yang harus disiapkan untuk tamu sebanyak itu...

Yang paling menakjubkan adalah melihat antrian pengambil makanan (duuuh...kayak walimah aja...) yang meski sudah dibuat 4 jalur (dua ikh-dua akh) tetap saja panjang. Sudah pun begitu, makanan pun terkuras dengan amat cepat, membuat wajah-wajah panitia memucat, takut kalau ada yang bakal ga kebagian. Alhamdulillah, meski bakso tinggal kuah dan basonya, capcay dan krupuk ludes; buah-buahan, nasi, balado telor dan ayam goreng masih bersisa sampai akhir. Yokatta...

Setelah hadirin mengambil makanan, barulah panitia merasa lega untuk mengambil makanan dan makan malam. Alhamdulillah..

***
Yang agak lain lagi adalah sebelum acara masak mempersiapkan buka. KMII mengadakan lomba tahfidz dan mewarnai kaligrafi. Masih sederhana sih, untuk anak-anak 1/3 juz 30, dewasa juz 30 dan 1/2 juz 30.

Meski agak gimanaa...gitu, tapi akhirnya agak banyak juga peserta yang ikutan. Saya senang, moment ini membuat kami semua, peserta, jadi memurajaah juz 30 ini dengan lebih serius. Biarpun babak belur, banyak salah loncat sana loncat sini. Tapi setidaknya menambah semangat lagi.

***
Ramai-ramai beramal memang selalu menyenangkan...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...