Skip to main content

Untukmu (lagi) Bunda

Di tengah istirahat siang, ada puisi yang masuk ke mailbox saya. Siraman yang sangat menyejukkan dan mengingatkan saya akan banyak hal. Tak sabar untuk memuatnya disini.
Untuk penulis yang shalih dan budiman, Jazaakumullah khairan katsiraa


Untukmu (lagi) Bunda

Bunda sayang,
Setiap kali kubaca gelinjang hati bunda
aku merasa begitu khawatir
karena bunda terlalu mengkhawatirkan aku.

Bunda sayang,
Saat bunda terlalu kalut dengan pikiran
ketahuilah bahwa buah hatimu ini
pun merasa tak nyaman
Dinding-dinding rahim yang aku tempati
terasa mengeras dan menyempit
sementara dingin begitu menggigil

Bundaku yang shalihah,
Saat bunda tenang dan ceria
akupun merasa begitu nyaman dan senang.
Dinding-dinding rahimmu menbelaiku lembut
lalu aroma wangi dan hangat begitu semerbak bertebaran
Apalagi kala bunda bacakan ayat-ayat kesukaanku,
atau kala ayah membelai rahimmu dan mengumandangkan do'a untukku
atau kala ku curi dengar saat ayah bermuraja'ah dengan hafalannya.
Sungguh aku rindu dan tentram

Shabarlah bunda,
jangan terlalu semaput memikirkanku
sebab aku di sinipun berdo'a untukmu
juga untuk ayah
agar engkau menjadi bunda yang kuat
yang tegar dengan ujian dan smart menjalani segala rintangan hidup
juga untuk ayah,
kudo'akan ayah agar jadi rijalun qowiyyun shodiq.
yang dengan tangannya ayah berusaha mencari karunia Allah.
Lalu bisa membawaku dan bunda ke Rumah bersalin yang layak
Hingga saat aku lahir tak kurang suatu apa

Bunda,
Aku yakin dan amat yakin
kalau do'aku tak kan pernah luput dari perhatian Allah
Pasti Allah kabulkan bunda, Pasti!

Karena itu yakinlah bunda dan berusahalah.
Tugas bunda dan ayah bukalah untuk mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi.
Tapi merencana, membuat strategi serta berusaha dengan apa yang terbaik.
Lalu biarkan Allah yang akan memberinya hasil.
Shabarlah bunda,
jangan khawatir,
Sebab pasti Allah sayang bunda
selama Bunda dan Ayah sayang padaNya.

dah dulu bunda ya..
aku mau bobo..
temani tidurku dengan tilawah dan muraja'ahmu bunda
agar aku lebih tenang.

Wassalamu'alikum bundaku sayang,

buah hatimu,
The Miracle

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar