Setahun lebih dua bulan beberapa hari menikah, membuat perempuan itu berpikir-pikir tentang bagaimana ia dan lelaki itu sekarang. Konon katanya parameter keberkahan itu adanya beberapa peningkatan.
Apa ada yang meningkat?
Apa yang bisa terlihat meningkat dan tidak?
Apakah mereka semakin kaya?
Apakah mereka semakin pintar?
Apakah mereka semakin bijaksana?
Apakah mereka semakin produktif?
Apakah mereka semakin dekat kepadaNya?
Makin khusyu? Makin kencang dakwahnya? Makin bisa berkontribusi untuk sesamanya?
Uhm...perempuan itu menghitung-hitung...
terbayang tesisnya dan suaminya yang tak jua selesai,
konsentrasinya yang kerapkali buyar, membuat pekerjaan-pekerjaan diselesaikan dengan usaha minimal, ibadah yang masih begitu-begitu juga, kondisi keuangan yang masih belum bisa dibilang stabil dengan pengeluaran-pengeluaran yang makin bertambah-tambah, dan lain-lain, yang membuat dia mengkerut...
Dimanakah berkah???
Satu...dua...tiga...berhari-hari ia mencari, meski semuanya itu hanya berdengung di kepalanya. Kadang ada lintasan, tentang benar dan salahnya keputusan yang ia ambil itu. Kemudian, satu-satu, jawaban itu menyembul, tak terduga.
Perpindahan zona, antara hidup sendiri dan berdua, meniscayakan sebuah kekacauan, masa adaptasi. Ada masa-masa sulit yang harus dilewati. Tapi seperti sebuah soal yang harus dipecahkan, kenyataan adalah soal-soal dalam ujian kehidupan, yang harus diselesaikan, dikerjakan sampai waktunya habis. Dan nilai kita tidak terletak pada sulit mudahnya persoalan itu, tapi sebaik apa kita menyelesaikannya.
Kalau menikah serupa dengan naik kelas, berarti ada kenaikan bobot ilmu dan juga beban persoalan. Maka wajar, kalau hidup kemudian bukan berarti bertambah mudah. Tapi dibalik segala kesukaran itu, banyak sekali keajaiban-keajaiban.
Mata perempuan itu membasah, menghitung-hitung keajaiban-keajaiban yang ada, yang membuatnya sedikit lebih dewasa. Pengeluaran bertambah, tapi kemudian pintu rizkinya semakin terbuka. Beberapa keterbatasan saat melakukan sesuatu kini bisa terlampaui. Setidaknya ada dua pasang tangan yang kini bisa bekerja bersamaan. Kekacauan demi kekacauan, perlahan bisa diatasi meski belum sempurna. Dan lain-lain...yang tak bisa dituliskan disini.
Janji Allah pasti berlaku. Kalau pun belum menemukan, mungkin kita belum keras mencarinya...
Apa ada yang meningkat?
Apa yang bisa terlihat meningkat dan tidak?
Apakah mereka semakin kaya?
Apakah mereka semakin pintar?
Apakah mereka semakin bijaksana?
Apakah mereka semakin produktif?
Apakah mereka semakin dekat kepadaNya?
Makin khusyu? Makin kencang dakwahnya? Makin bisa berkontribusi untuk sesamanya?
Uhm...perempuan itu menghitung-hitung...
terbayang tesisnya dan suaminya yang tak jua selesai,
konsentrasinya yang kerapkali buyar, membuat pekerjaan-pekerjaan diselesaikan dengan usaha minimal, ibadah yang masih begitu-begitu juga, kondisi keuangan yang masih belum bisa dibilang stabil dengan pengeluaran-pengeluaran yang makin bertambah-tambah, dan lain-lain, yang membuat dia mengkerut...
Dimanakah berkah???
Satu...dua...tiga...berhari-hari ia mencari, meski semuanya itu hanya berdengung di kepalanya. Kadang ada lintasan, tentang benar dan salahnya keputusan yang ia ambil itu. Kemudian, satu-satu, jawaban itu menyembul, tak terduga.
Perpindahan zona, antara hidup sendiri dan berdua, meniscayakan sebuah kekacauan, masa adaptasi. Ada masa-masa sulit yang harus dilewati. Tapi seperti sebuah soal yang harus dipecahkan, kenyataan adalah soal-soal dalam ujian kehidupan, yang harus diselesaikan, dikerjakan sampai waktunya habis. Dan nilai kita tidak terletak pada sulit mudahnya persoalan itu, tapi sebaik apa kita menyelesaikannya.
Kalau menikah serupa dengan naik kelas, berarti ada kenaikan bobot ilmu dan juga beban persoalan. Maka wajar, kalau hidup kemudian bukan berarti bertambah mudah. Tapi dibalik segala kesukaran itu, banyak sekali keajaiban-keajaiban.
Mata perempuan itu membasah, menghitung-hitung keajaiban-keajaiban yang ada, yang membuatnya sedikit lebih dewasa. Pengeluaran bertambah, tapi kemudian pintu rizkinya semakin terbuka. Beberapa keterbatasan saat melakukan sesuatu kini bisa terlampaui. Setidaknya ada dua pasang tangan yang kini bisa bekerja bersamaan. Kekacauan demi kekacauan, perlahan bisa diatasi meski belum sempurna. Dan lain-lain...yang tak bisa dituliskan disini.
Janji Allah pasti berlaku. Kalau pun belum menemukan, mungkin kita belum keras mencarinya...
Comments
sy belum tau rasanya menikah sih, tapi baca cerita mbak jadi ingat perkataan salah seorang ustadzah, kata beliau "pernikahan memang madrasah yang terbaik".
madrasah untuk menguji kesabaran, keikhlasan, dan ketahanan berjuang.
afwan. semoga ramadhan ini jadi ramadhan terbaik dari ramadhan2 yang pernah kita lalui.wasswrwb