Skip to main content

Cinta di Rumah Hasan al Banna

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Muhammad Lili Nur Aulia
Ahad 21 Des 2008 kemarin nemu buku ini. Beli dari jeng Ulfa-Nurcendekia. Besoknya, berhubung libur ngajar karena dd sakit, akhirnya langsung khatam deh...

Buku ini sudah lama masuk "someday/maybe list" alias list keingingan terpendam untuk beli dan baca. Dan ternyata alhamdulillah, pembaca yang satu ini suka dan tidak kecewa ^^. Paling kelemahannya karena tipis, jadi terasa kurang deh... :P

Pertama, menyusuri pengantar "Hasan al Banna Bukan Sembarang Ayah" oleh Dra. Hj. Wirianingsih (ada petikan wawancaranya di sebuah majalah saya rangkumkan di MP ini juga).

Kedua, membaca isinya, yang sebagian besar adalah petikan kesan-kesan yang diungkapkan oleh para putri dan putra Hasan al Banna. Sebagai informasi, beliau ini dikaruniai 5 putri dan 1 putra.

Pesan utama yang tertangkap oleh saya adalah bagaimana peran besar seorang ayah dalam membentuk anak-anak mereka baik itu dalam prinsip (bahwa yang paling pertama merasakan dakwah seorang dai adalah keluarganya) maupun dalam sifat yang lebih praktis.

Tak ada yang namanya alasan SIBUK membebaskan ayah dari hak-hak anak. Misalnya diceritakan bagaimana HaB berusaha untuk tetap makan bersama anak-anak di pagi hari, memiliki catatan KOMPLIT setiap anak, dan peduli untuk memperbaiki apa-apa yang kurang (baik itu dalam keilmuan, keterampilan, dan juga akhlak), bagaimana mengatasi kebiasaan buruk anak (misalnya baca komik), mensiasati liburan di tengah-tengah tugas dakwah ke berbagai daerah, dll.

Ada catatan tentang interaksi HaB dan adiknya sendiri dengan ayahnya diwaktu kecil (cerita dari adik beliau) yang juga menjadi penopang pendidikan beliau, dan bagaimana ibu HaB membantu mencarikan istri untuk HaB (memilih istri/ibu yang baik untuk anak-anak adalah kewajiban seorang ayah=hak seorang anak dari ayahnya).

Sepertinya para ayah sebaiknya baca buku ini dan berusaha mempraktikkannya. Saya juga pengen segera suami pulang dan membahasnya bersama. ^^

Kali ini bukunya belum bisa dipinjam. Maaf, tunggu beberapa saat lagi, hehe.
Tapi kalau mau beli, silakan. Kontak aja ya..

Comments

rieska oktavia said…
Alhamdulillah suami udah khatam :D Jadi buku sudah bisa dipinjamkan ke peminjam pertama, hehe

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R