Skip to main content

Matahari Odi Bersinar Karena Maghfi

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Neno Warisman
Kenangan
Lupa pertamanya waktu mba Neno diundang Fahima sebagai pembicara, mendengar diterbitkannya buku ini, atau karena baca salah satu tulisannya yang diposting salah seorang adik. Mau pinjam tak berhasil, akhirnya pesan ke Bandung dan ternyata sukaaa... banget. Sampai semangat empat lima membeli beberapa buah dan menjualnya di Bazaar Ramadhan di SRIT-Tokyo, dua tahun yang lalu. Biar lebih banyak yang baca. Hehe... Standnya saja menumpang di stand tetangga tercinta, Ifa.

Tentang buku:
Buku ini adalah buku pertama dari Trilogi Opera Keluarga Neno Warisman. Berisikan kisah-kisah keseharian dengan tokoh utama Bunda dan ketiga putra putrinya. Kisah itu bisa membuat kita tertawa dan menangis pada saat bersamaan karena menyelami kelucuan dan kepolosan khas anak-anak.

Si sulung calon pemimpin yang gagah, bersemangat, penuntut keadilan, namun berhati lembut. Yang saat ditanya kenangannya tentang nenek, ia memilih saat dalam hujan sang nenek menjemputnya dengan payung. Nenek kehujanan, dan payung diberikan kepada cucu tercinta.

Atau perjuangan Bunda untuk mengajarkan kepadanya rasa peduli pada sesama. Pemimpin harus sensitif dan memiliki empati berlimpah yang harus dibangun sejak kecil. Perjuangan ini berhasil menyentuh si sulung yang sebelumnya anteng bolak balik main bola-tanpa mengunjungi bunda yang terbaring sakit-hingga ia sibuk meminumkan obat dan mengipasi bunda sampai ketiduran.

Subhanallah...menanamkan nilai-nilai di hati anak dengan terus menjalin kontak dengan Pemilik Hati untuk mendapat petunjuk dan ekstra tenaga.

Terus, kok matahari Odi bisa bersinar karena Maghfi?

Yang sudah baca, pasti tahu. Kalau belum baca dan ingin baca, boleh pinjam yang di rumah, boleh juga pesen ke risvya.majalah@gmail.com. Hehe...
Harganya 900 yen sudah termasuk oks kirim. Kalau hand to hand, 800 yen saja.

salam,
rieska

Comments

aku jg suka buku ini teh.. emang lg demen buku2 parenting, apalagi yg aplikatif dan riil, pengen tips2 nya itu loh ^_^
rieska oktavia said…
Ayo Din, share buku2 favoritnya dong, biar ketularan dan jadi tambah referensi juga.
Buku-buku lain di rumah yang saya suka, yang masih ngantri buat diceritain yang isinya lumayan aplikatif:
1. Anakku Penyejuk Hatiku--Irwan Prayitno
2. Cara Nabi Mendidik Anak -- terjemahan, lupa pengarangnya siapa
3. Mendidik Anak dengan Cinta -- Irawati Istadi
4. Parenting in The West -- Redha Beshir
...

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R