Skip to main content

Penjelasan

Pagi itu hujan masih turun. Tidak deras, memang. Tapi memegang payung dan mendorong kereta bayi berisi dua penumpang, cukup berat juga tuk menahan keseimbangan. Di jalanan yang agak mendaki menuju stasiun Saginuma, nafas saya nyaris berhenti. Dingin yang membekukan kedua tangan dan menyesakkan hidung saya yang memang tak begitu tahan dingin.

Pergi dalam hujan untuk memenuhi dua janji. Dua-duanya acara yang sangat saya suka: saling berbagi ilmu.

Entah kenapa tiba-tiba saya ingin menjelaskan kepada kedua anak yang sering dibawa kesana kemari itu, alasan kenapa membawa mereka di dalam hujan. Menegakan hati membangunkan Abiya yang sedang tidur lelap untuk diajak bersiap lalu pergi bersama dingin yang menusuk tulang.

Ada dua alasan sayang. Mungkin kalian boleh menyebutnya alasan egois, boleh menyebutnya alasan sosial.

Egois, karena bunda kalian ini ingin membebaskan dirinya dari hisab, ketika manusia ditanya dengan bagaimana waktunya digunakan, bagaimana ia sudah berbuat sesuatu untuk lingkungannya, bagaimana ia tunjukkan sikapnya terhadap kemungkaran. Ia tidak ingin menjadi orang yang rugi karena tidak beriman-beramal shalih-saling menasihati dalam kebenaran-saling menasihati dalam kesabaran.

Bunda juga tidak mau dunia tempat kalian tumbuh kelak masih sama dengan yang sekarang. Bunda ingin selain kalian tumbuh lebih kuat dan lebih baik dari bunda, kalian akan menemukan dunia dengan orang-orang baik yang lebih banyak. Bibit-bibit dakwah yang ditanam para pengikut nabi sudah bunda rasakan kebaikannya. Semoga kalian pun kelak bisa mendapati sebagian bunga dan buah dari bibit-bibit yang ditanam generasi kami.(membayangkan negeri sakura ini bertambah banyak orang yang bersujud...).

Alasan sosial? Hem..karena bunda cinta. Ingin masuk surga bersama sebanyak mungkin orang... Untuk itu diperlukan pengorbanan kita. Pengorbanan ini masih sangat kecil, nak. Dibandingkan pengorbanan para nabi, syuhada, dan para shalihin. Tapi mudah-mudahan pengorbanan kecil ini sampai ke langit.

Bersabar ya nak...bersabar...Semoga kalian kuat sayang. Kuat selalu..lahir batin..Doakan bunda-baba istiqamah. Dan doakan supaya kami bisa tawazun...memenuhi hak-hak kalian hingga kalian tumbuh menjadi pejuang mukmin sejati. Aamiin..

(malam ini, saat-seperti biasa dd terbangun, memeluknya-menggendongnya untuk menidurkannya kembali sambil memandangi kakaknya yang terlelap di sampingnya, saya merasa sangat beruntuuung sekali punya anak-anak seperti mereka)

Comments

Syahid Family said…
amin..amin... (turut mengaminkan doa & harapan Rieska)...
Saginuma. Ada rindu terselip di lipatan hati.
*Sambil ngebayangin Teh Rieska yang mungil mendorong stroller gede*
amin... tawazun itu penting sekali..untuk menjaga istiqamah bukan?:)
Dina Faoziah said…
subhanallah... Teh Rieska, makasih banyak sudah rela berhujan2 ke Fuchu ya... saya tunggu cerita2 Teh Rieska, bagaimana metode2 yg digunakan, dll. Teh Rieska banyak ilmunya, izinkan saya ke sana kapan2 buat menimba ilmu.
dwi pebri said…
akogare na onna ^^
Ries, itsumo arigatou ^^
rieska oktavia said…
mba Naaa...makasih banyak udah ngedoain. semoga dikabulkan Allah doa orang sholihat seperti mba na. dan buat mba Na juga tentunya.
udah lama engga ngobrol, kangen juga. jangan segen2 buzz ka buat ngingetin apa aja kayak jaman dulu itu yaa. miss u
rieska oktavia said…
mba Irma, Saginuma salah satu kenangan ya? sayang, saya pindah kesini mba Irma pindah ke Indonesia. hehe... jadi belum sempat merajut kenangan sama-sama...
Iyah, saya masih mungil ^^ Stollernya sih biasa, cuman jadi tampak besar kalau saya yang dorong, hehe...
rieska oktavia said…
mba Rahma, betul sekali, tawazun salah satu kunci istiqamah. Harus kerja keras untuk tawazun ya mba...
makasih banyak atas banyak sekali tausiyahnya untuk adikmu ini.
Sst...saya udah sukses dry cleaning di mesin cuci sendiri atas petunjuk mba Rahma ^^
rieska oktavia said…
mba Dina, sama-sama atuh. Saya yang seneng banget, jadi dapat inspirasi. Udah gitu pulangnya dapat kering kentang buatan Mbah Mbuh-nya Luna. Subhanallah enak... banget.
Eh, rangkuman hasil pertemuan udah ada belum ya, maklum telat banget datangnya, jadi ketinggalan banyak dan penasaran :)
rieska oktavia said…
Uy, temen seperjuangan, itsumo arigatou juga...
Dina Faoziah said…
udah ada sedikit, versi saya sendiri, Teh. kemarin 'kan janjiannya nulis sendiri2, hihihi... silakan Teh Rieska menulis sendiri pengalamannya yg udah seabrek2 ya... bener lho, saya termasuk yg menunggu2!

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R