Skip to main content

Membangun Keluarga "Pertama sekali bagi saya adalah doa"

...Kata Mba Wiwi.

Iya, Ust. Wirianingsih diwawancarai majalah Tasqif (Dimuat di No. 34 edisi Oktober). Saya sangat terkesan dengan beberapa uraiannya. Sengaja dikutip disini biar engga lupa.

1. Definisi keluarga

Keluarga dalam bahasa arab disebut usrah atau a'liyyah. Usrah diartikan al birru al hasinah alias benteng yang kokoh, sedang a'liy lebih bermakna hubungan darah dan emosional.

Keluarga adalah benteng pertama yang membentengi keluarga dari berbagai ancaman, ujian, dan fitnah. Benteng pertama untuk menumbuhkembangkan potensi keluarga. Benteng pertama untuk penanaman nilai/internalisasi nilai, pembentukan karakter, sifat bawaan anggota.

Keluarga juga adalah benteng terakhir bermakna, jika semua instutusi negara rusak, maka institusi terakhir yang tidak rusak dan pecah adalah keluarga.

[Dalem dan terasa berat..ga sih?]

2. Fungsi Keluarga :

a. Fungsi psikologis: menghadirkan sakinah, ketenangan, tempat kembali para anggotanya. b. Fungsi sosial: ada pembagian peran di antara anggotanya

3. Pembagian peran: suami membuat kerangka, istri menyusun design di dalamnya

a. Suami sebagai pemimpin bertugas: mengambil keputusan, menancapkan visi, memiliki pandangan jauh ke depan, mencari nafkah, berpikir tentang kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak, dan bertanggung jawab terutama urusan amanah di hadapan Allah.

b. Istri menerjemahkan konsep-konsep dalam program yang lebih detil.

Pembagian ini ditopang oleh fitrah laki-laki dan perempuan yang berbeda secara biologis, fisiologis, dll. [uraiannya detil, ada sambungan otak segala...]

Keduanya saling memberikan energi. Energi itu berasal dari Allah. Jadi harus saling mengikatkan diri dengan Allah agar besar dan kagak ada matinyee...

3. Memulai membangun keluarga idaman

Bangun paradigma. Di dunia tak ada yang sempurna. Tapi, al Quran mematok yang sempurna. Paparan dalam al Quran adalah paparan tentang keluarga ideal, keluarga idaman. 90%. Kenapa?

(bersambung dulu...)

 

Comments

menunggu sambungannya...
rieska oktavia said…
wah, ada yang nungguin. alhamdulillah. insyaAllah abis ini melanjutkan perjuangan...:)
ikut nungguin lanjutannya juga^_^
rieska oktavia said…
hehe, alhamdulillah udah tamat mba Rahma. makasih ya..

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R