Dipikir-pikir, ko niat banget ya, nulis sampe tiga bagian...udah gitu, ga biasa-biasanya cerita detil tentang satu event. Sesampainya di stasiun, bayangan manusia yang menyemut terlihat nyata. Tak hanya di depan loket tiket, tapi juga di halte bis, dan tempat menyetop taksi. Kami hanya bertatapan. Akhirnya seorang kawan menelepon suaminya, menanyakan dan meminta kemungkinan jemputan. Sepertinya bisa, tapi harus menunggu entah satu-dua jam, karena jalanan pun macet. Tol juga tak bisa dipakai katanya. "Nanti diantar saja sama suami, kita tunggu sama-sama." kata kawanku. "Duh tapi mungkin harus sampai shibuya...jauh sekali." Aku merasa tak enak merepotkan. Kami berempat (berlima plus adik kecil yang tampak polos di kereta dorongnya) terbagi dua aliran arah kereta. Dua kawan muslimah ina, serta aku dan seorang muslimah jepang. Sebuah trem lewat dengan frekuensi yang lebih sering di depan kami. "Trem ini sampai waseda, kita bisa naik, lalu jalan ke nishi-waseda kemu
:: Lintasan pikiran yang direkam dalam ragam bentuk tulisan ::