Saya menekuni huruf-huruf di depan komputer, sampai kemudian mendengar ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamar.
"Ame ga futte kimasu" (hujan turun, loh)
Huwaa....astaghfirullah...keasyikan membaca sampai tak sadar di luar hujan rintik-rintik.
"Hai, arigatou..." (Ya, makasih...) teriak saya sambil menyambar jilbab.
Seorang ibu-jepang berdiri di depan kamar. Saya tersenyum dan segera berusaha mengangkat jemuran. Menyadari tubuh saya yang mini-size, dia segera menawarkan bantuan. Mengambilkan pakaian satu persatu, lalu saya memasukkannya ke dalam rumah.
Tempat jemuran itu memang lumayan tinggi. Saya harus memanjangkan tubuh dari ujung lantai rumah-melalui jendela, jika ingin menjemur/mengambil pakaian. Karena itu, biasanya suami yang mendapat tugas jemur-angkat ini. Saya mendapat tugas ringan memasangkan pada gantungan saja setelah dicuci, dan melipat setelah kering/diangkat. Hee... pekerjaan mencuci pun tak bisa dikerjakan mandiri.
"Banyak juga jemurannya, ya."
Saya mengangguk. Maklumlah, hujan begitu senang mengunjungi kota kami di awal bulan ini. Setiap hari, bahkan juga sepanjang malam. Enaknya, udara yang panas dan lembab khas musim panas banyak terkurangi. Alhamdulillah. Tinggal mengantisipasi efek lainnya: cucian menumpuk Sehingga setiap ada kesempatan melihat matahari pagi, dengan perkiraan cuaca cukup cerah, harus dimanfaatkan dengan mencuci.
Beberapa kali bolak balik, semua pakaian sudah masuk kamar saya berterimakasih, sambil masih berpikir dari mana beliau ini berasal. Bukan tetangga kiri, bukan tetangga kanan, dan bukan pula tetangga depan.
"Makasih banyak...Kamar sebelah mana?" tanya saya membunuh kepenasaran.
"Itu dari atas. Sayonara..." katanya sambil berlari menembus hujan.
Tinggal saya terpaku. Dari atas rumah saya, ia melihat jemuran. Lalu berlari turun ke bawah untuk memberitahu saya. Saya menyesali kebodohan saya sendiri. Bagaimana saya bisa melupakan wajah dan juga nama tetangga atas itu, padahal saya pernah bertemu sekali dengannya dan mengobrol dalam perjalanan dari rumah hingga perempatan lampu merah pertama menuju stasiun.
Masih jauh dari profil tetangga yang semestinya...
"Ame ga futte kimasu" (hujan turun, loh)
Huwaa....astaghfirullah...keasyikan membaca sampai tak sadar di luar hujan rintik-rintik.
"Hai, arigatou..." (Ya, makasih...) teriak saya sambil menyambar jilbab.
Seorang ibu-jepang berdiri di depan kamar. Saya tersenyum dan segera berusaha mengangkat jemuran. Menyadari tubuh saya yang mini-size, dia segera menawarkan bantuan. Mengambilkan pakaian satu persatu, lalu saya memasukkannya ke dalam rumah.
Tempat jemuran itu memang lumayan tinggi. Saya harus memanjangkan tubuh dari ujung lantai rumah-melalui jendela, jika ingin menjemur/mengambil pakaian. Karena itu, biasanya suami yang mendapat tugas jemur-angkat ini. Saya mendapat tugas ringan memasangkan pada gantungan saja setelah dicuci, dan melipat setelah kering/diangkat. Hee... pekerjaan mencuci pun tak bisa dikerjakan mandiri.
"Banyak juga jemurannya, ya."
Saya mengangguk. Maklumlah, hujan begitu senang mengunjungi kota kami di awal bulan ini. Setiap hari, bahkan juga sepanjang malam. Enaknya, udara yang panas dan lembab khas musim panas banyak terkurangi. Alhamdulillah. Tinggal mengantisipasi efek lainnya: cucian menumpuk Sehingga setiap ada kesempatan melihat matahari pagi, dengan perkiraan cuaca cukup cerah, harus dimanfaatkan dengan mencuci.
Beberapa kali bolak balik, semua pakaian sudah masuk kamar saya berterimakasih, sambil masih berpikir dari mana beliau ini berasal. Bukan tetangga kiri, bukan tetangga kanan, dan bukan pula tetangga depan.
"Makasih banyak...Kamar sebelah mana?" tanya saya membunuh kepenasaran.
"Itu dari atas. Sayonara..." katanya sambil berlari menembus hujan.
Tinggal saya terpaku. Dari atas rumah saya, ia melihat jemuran. Lalu berlari turun ke bawah untuk memberitahu saya. Saya menyesali kebodohan saya sendiri. Bagaimana saya bisa melupakan wajah dan juga nama tetangga atas itu, padahal saya pernah bertemu sekali dengannya dan mengobrol dalam perjalanan dari rumah hingga perempatan lampu merah pertama menuju stasiun.
Masih jauh dari profil tetangga yang semestinya...
Comments