Skip to main content

Promo

Sudah lama ingin mengabarkan tentang ini. Iya, saya ikut berbahagia, atas langkah-langkah yang ditempuh kawan-kawan seperjuangan di FLP-Jepang, sahabat-sahabat tercinta yang juga menjadi guru saya dalam banyak hal.

Meraka sudah membuahkan beberapa jejak, berupa buku-buku islam (fiksi dan non fiksi). Mereka adalah:
- Abu Aufa (Ferry Hadary) www.abuaufa.net
menulis buku keduanya, yang berjudul Sapa Cinta dari Negeri Sakura, berisi kisah-kisah nyata dengan kemasan ala pak Ferry

- Ummuthoriq (Tethy Permanasari) http://ezokanzo.rofiq.net
menulis buku berupa kumpulan cerpen sendiri (Terbanglah Pinky) dan juga kumpulan cerpen keroyokan.
dan sst...ada buku-bukunya yang lain yang sedang dalam proses
**duh, asli...iri sekali sama teteh satu nan produktif ini**

- Arida Istiarti http://aridaistia.blogdrive.com/
dengan bukunya Keil Duka Itu yang juga berupa kumpulan cerpen
mba arida ini sekarang sudah kembali ke Surabaya, jadi sayang sekali tak bisa dapat tanda tangannya, hehe

Perkenalan buku, profil mereka, bisa dilihat di web masing-masing.

Buku-buku mereka sedang diusahakan untuk bisa menyapa para pembaca di Jepang. Nur cendekia, toko buku milik 'adik' yang juga partner saya, Deddy Nurzaman, yang akan memasarkannya. Silakan kontak langsung bila ingin memesan atau membeli.

Uhm...saya berharap, list nama itu akan bertambah. Setidaknya yang sudah dalam proses, ada mba Irma (Irmayanti) dan mba Nesia yang menulis untuk anatologi FLP, ada juga mba Diansya (Aan Wulandari).

Ohya, juga beberapa yang pernah menulis untuk media seperti Annida, Eramuslim, Kafemuslimah, dll. Misalnya Abu Aufa (lagi), pak Adi Junjunan, uni Ulya Zulmadjdi, mba Ari Aji Astuti, mba Rose, teh Gilang, Nina, dll.

Saya? Masih anak bawang dan penggembira! *deuh penggembira ko bangga*

Secara keroyokan FLP-Jepang juga sedang berupaya membuat buku-buku dengan ragam tema. Yuks, kalau ada yang senang menulis dan ingin belajar/berbagi, silakan gabung.

**smoga berkah, bekerja sama saling mencerahkan**

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah