Seorang adik, dalam hitungan hari akan menggenapkan separuh diennya. Dan ia bertanya pada saya tentang bagaimana menumbuhkan cinta.
Ah, mengapa engkau bertanya kepada saya, dik?
Padahal kau tahu persis, bahwa saya bukan orang yang pandai mencinta. Buktinya, sebersit rasa di hati ini cuman bergumpal menyesakkan dada, saat kau sendiri pasti tak kan yakin, bila ditanya, apakah engkau merasa saya mencintaimu, dengan cinta yang sesungguhnya? Seperti cinta yang dibawa Abu Bakar ra pada Umar ra.
Apalah lagi cinta pada seseorang yang akan menemani kita dalam separuh hidup. Ugh... Sampai hari ini saya masih tertatih-tatih...
Mungkin sebaiknya kita berkaca pada junjunan terkasi, Nabi SAW tentang cinta yang ada bersama bunda Khadijah ra. Atau tentang kasih Aisyah ra pada beliau. Atau kepada bunda Hajar, atau kepada...
Ya, sepanjang mata ini memandang, menyusuri jejak-jejak yang ada, cinta abadi itu hanya ada pada cinta yang berdasar padaNya, karenaNya, dan untukNya. Karena itu, bila kita ingin cinta dalam hidup kita, padaNya saja kita meminta, dan atas namaNya saja kita mencinta.
Apakah ini terlalu klise?
Tidak, sayang. Mencintai karenaNya, membantumu untuk mencintai seperti Ia mencintaimu. Meski jauhnya lebih dari pada timur dan barat, tapi setitik saja kita mencontoh, maka bahagia akan mengalir dalam hati.
mari kita lihat caraNya mencinta...
memberikan maaf dan ampunan
berlaku adil
menjaga, memelihara, menyayangi
menanti, menunjukkan jalan agar orang-orang kembali padaNya,
ah, mata saya sudah terlalu berat untuk melanjutkannya.
Uhm...sudahlah semoga kau mengerti maksud saya, mari saling mendoakan, agar Ia suburkan hati kita dengan cintaNya
Ah, mengapa engkau bertanya kepada saya, dik?
Padahal kau tahu persis, bahwa saya bukan orang yang pandai mencinta. Buktinya, sebersit rasa di hati ini cuman bergumpal menyesakkan dada, saat kau sendiri pasti tak kan yakin, bila ditanya, apakah engkau merasa saya mencintaimu, dengan cinta yang sesungguhnya? Seperti cinta yang dibawa Abu Bakar ra pada Umar ra.
Apalah lagi cinta pada seseorang yang akan menemani kita dalam separuh hidup. Ugh... Sampai hari ini saya masih tertatih-tatih...
Mungkin sebaiknya kita berkaca pada junjunan terkasi, Nabi SAW tentang cinta yang ada bersama bunda Khadijah ra. Atau tentang kasih Aisyah ra pada beliau. Atau kepada bunda Hajar, atau kepada...
Ya, sepanjang mata ini memandang, menyusuri jejak-jejak yang ada, cinta abadi itu hanya ada pada cinta yang berdasar padaNya, karenaNya, dan untukNya. Karena itu, bila kita ingin cinta dalam hidup kita, padaNya saja kita meminta, dan atas namaNya saja kita mencinta.
Apakah ini terlalu klise?
Tidak, sayang. Mencintai karenaNya, membantumu untuk mencintai seperti Ia mencintaimu. Meski jauhnya lebih dari pada timur dan barat, tapi setitik saja kita mencontoh, maka bahagia akan mengalir dalam hati.
mari kita lihat caraNya mencinta...
memberikan maaf dan ampunan
berlaku adil
menjaga, memelihara, menyayangi
menanti, menunjukkan jalan agar orang-orang kembali padaNya,
ah, mata saya sudah terlalu berat untuk melanjutkannya.
Uhm...sudahlah semoga kau mengerti maksud saya, mari saling mendoakan, agar Ia suburkan hati kita dengan cintaNya
Comments