Skip to main content

Mengedit waktu

Meski saya tidak lagi sekolah, dalam sepekan, hari keluar dan hari rumah hampir sama jumlahnya. Terkadang di rumah pun, banyak juga di depan komputer. Saya masih suka menimbang-nimbang, agak-agak cemas, apakah saya sudah cukup adil kepada bubu dan dd? Apakah waktu "main bersama bunda" mereka sudah tercukupi?

Belum lagi ada rasa bersalah yang timbul, saat persiapan pergi, meminta bubu untuk bergerak cepat. Ah, anak yang dua bulan lagi baru tiga tahun diminta gerak cepat? Kayaknya berlebihan ya? Sudah bisa pakai perlengkapan sendiri saja menakjubkan sekali. Dengan kecepatannya sendiri, sejak lama bubu memang bisa memasang semua perlengkapannya sendiri. Dari ujung rambut/jilbab, sampai ujung kaki/kaus kaki dan sepatu.

Tadi mengajak bubu ke koen/taman, bukan yang biasa sih, karena ini dekat masjid. Sengaja dari masjid, sebelum ke eki, main dulu ke koen. Karena kalau ke koen dekat rumah harus ditambah lagi perjalanan 1.5jam, bisa-bisa terlalu sore/gelap karena musim dingin.

Bubu terlihat takut-takut melihat banyak anak-anak lain bermain. Ia hanya menikmati naik kuda ber-pegas. Mungkin karena beberapa pekan ini waktu bunda kedinginan jadi malas ke koen, dan bubu jadi merasa asing.

Wah sudah mulai harus mengedit waktu untuk bubu. Jangan-jangan udah engga seimbang. Harus dikembalikan ke jalurnya nih...

Comments

snouzh.com said…
Hello, salam kenal mba Ris.
boleh tukeran link ga?

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah