Skip to main content

SalahAdam [4]

Ada tanggapan terbaru, makasih...

Pemikiran-pemikiran yang ada di sekitar kita itu yang kemudian menstimuli pandangan kita sendiri akan hal tersebut. Karena itulah dianjurkan untuk melongok kitab suci untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kerugian mendasar saat kita memiliki persepsi yang salah adalah error yang terjadi akan lebih fatal. Dalam model sederhana RCM/PIPE proses yang terjadi pada diri manusia, setiap input dari lingkungan:

Perception <=> Interpretation <=> Planing <=> Execution
(mestinya sih gambarnya berupa kotak, karena ada beberapa interaksi satu sama lain)
Error mungkin terjadi di setiap stepnya. Namun yang paling fatal tentunya bila kesalahan itu terjadi di posisi yang paling atas.

Misalnya, saat kita merasakan bahwa adanya kita di dunia ini sebagai bencana, maka kecenderungan untuk berduka cita, malas-malasan, kecewa, dsb akan berkembang. Tindakan-tindakan kita pun menjadi aksi-aksi yang negatif.

Sebaliknya, bila kita memandang bahwa dunia ini adalah tempat kita menjadi khalifah, maka orientasi untuk mengembangkan diri dan lingkungan yang akan subur. Pandangan positif akan menghasilkan perencanaan yang posistif, menghasilkan tindakan positif.

Pun saat kita menyalahkan hawa. Kebencian terhadap perempuan, dsb akan berkembang membuat sistem menjadi tidak sehat. Padahal, dalam kenyataannya, kita tak bisa menyalahkan orang lain atas pilihan tindakan (dosa) yang kita lakukan.

**Wallahu a'lam

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar