Skip to main content

Balutan

Terima kasih untuk setiap dukungannya, yang nyata maupun yang tersembunyi. Doa, tausiyah, ataupun pelukan sayang, yang hangatnya sampai ke hati di tengah dinginnya udara Tokyo musim ini. Dibaca berkali-kali, mata ini tetap saja basah penuh syukur dikaruniai saudara-saudara yang baik. Jazaakumullah khair

Semestinya, meski ada yang bergejolak di hati, roda hidup tetaplah diputar. Karena 'diam' bukan kehidupan yang sebenarnya.

Maka seperti luka yang menganga yang harus ditutup, kesedihan pun harus dibalut dengan rapi. Meski sakitnya masih ada di ruang kelas, di lab, di depan mic saat siaran, atau saat menyiapkan diri untuk pertemuan-pertemuan kecil. Terutama pada jenak-jenak kesendirian rasa itu tak boleh membuatmu berhenti bergerak, menabung sekeping dua keping amal untuk esok.

Hanya saja, untuk nulis ternyata masih berat ya. Belum bisa beralih topik. Semoga esok, ada cerita yang bisa dibagi.

Tidak-tidak...jangan tunggu esok.

Akan kuceritakan tentang perjuangan kawan-kawan disini dengan ujian doktornya.

Ya, tahun ajaran ini ada banyak calon doktor perempuan yang akan menghadapi sidang besarnya. Mereka ada di berbagai bidang, mulai kimia/material, komputer, farmasi, industri, sampai studi tentang pemberdayaan ibu rumah tangga. Mereka semua sudah menikah, salah satunya ada yang sudah punya tiga orang putra-putri di usia 30 tahun (tahun ini).

Tak seperti sekolah biasa, pada fase ini risetlah yang menjadi dasar/patokan. Misalnya salah satu patokannya adalah adanya paper yang dimuat di jurnal international.

Aku hanya bisa menyimpan kekaguman pada mereka, pada kekuatan mereka untuk bertahan di bidang ilmiah. Menekuninya...memahaminya... Ikut tegang, meski tak banyak yang bisa kulakukan kecuali mengangkat tangan diam-diam untuk mereka.

Semoga saja Allah senantiasa karuniakan keikhlasan, kesabaran, kekuatan dan kemenangan lahir batin bagi mereka semua. Menjadikan kerja keras mereka sebagai amal shalih disisiNya. Untuk kemaslahatan mereka, keluarganya, dan juga umat ini.

Aamiin...


mengenang mba de, mba na, uni silvi, bu nur dan mba gita yang ganbatteru di berbagai pelosok jepang...
tahun kemaren ada mba is yang lulus dengan proteinnya

[Sungguh, ada rasa lain yang menyelusup, bisa menuliskan sesuatu diluar 'rasa' itu...]

Comments

Anonymous said…
Ya Allah,aku berlindung kepadamu dari keluh kesah dan kesedihan, dari sikap pengecut dan kekikiran, dari pikun dan kemalasan, dan dari tekanan utang dan kesewenangan orang lain (muttafaq alaih)
rieska oktavia said…
aamiin...

Koreksi sedikit untuk doa ini:
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari beban hutang dan kesewenang-wenangan orang lain.

Jazaakumullah khair...

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R