Pagi ini, kala suasana masih muram mengingat gempa dan tsunami, salju hadir di bumi Tokyo. Udara tahun ini memang relatif lebih cepat dingin dibanding biasanya.
Salju itu serupa serpihan es yang bertaburan dari langit. Kali ini lebih deras dari musim dingin kemarin. Hingga di jendela kamar masih bisa kulihat daun-daun, bunga, dan atap yang memutih. Juga jalanan asrama.
Aku terus saja termangu. Mimpi buruk tentang gelombang tinggi, guncangan, kala calon jemaah haji bertemu keluarga, lomba lari, orang yang di kedai, jalan, pasar, rumah, sekolah, masjid, dimana-mana. Tersapu, terseret.
Hingga yang tersisa adalah kerusakan, lumpur, beserta mayat-mayat bergelimpangan di jalan, reruntuhan, dan juga pepohonan.
Disini salju turun...cantik dan indah.
Begitu kontras alam saat berhadapan kita.
Ya Rahman, seperti apapun rupanya, saat alam berhadapan dengan hamba, smoga hamba senantiasa berada dalam dzikir kepadaMu...
Salju itu serupa serpihan es yang bertaburan dari langit. Kali ini lebih deras dari musim dingin kemarin. Hingga di jendela kamar masih bisa kulihat daun-daun, bunga, dan atap yang memutih. Juga jalanan asrama.
Aku terus saja termangu. Mimpi buruk tentang gelombang tinggi, guncangan, kala calon jemaah haji bertemu keluarga, lomba lari, orang yang di kedai, jalan, pasar, rumah, sekolah, masjid, dimana-mana. Tersapu, terseret.
Hingga yang tersisa adalah kerusakan, lumpur, beserta mayat-mayat bergelimpangan di jalan, reruntuhan, dan juga pepohonan.
Disini salju turun...cantik dan indah.
Begitu kontras alam saat berhadapan kita.
Ya Rahman, seperti apapun rupanya, saat alam berhadapan dengan hamba, smoga hamba senantiasa berada dalam dzikir kepadaMu...
Comments