Skip to main content

Puzzle 11 (Perpanjangan)

Tentang tangki kesabaran yang tak boleh habis, meski dikuras setiap masa...

Kabar itu dibawanya dengan hati yang amat berat. Kerut-kerut di kening, mata yang sendu, semakin membuat wajah itu tampak sangat kuyu.

Bentangan jarak ternyata tak bisa dilipat walau hanya untuk beberapa hari saja. Ada perpanjangan waktu sampai tiga purnama.

Dua-duanya kecewa, sedih. Perempuan itu membisu, menetralkan gejolak hatinya dari keinginan untuk menyalahkan. Menahan agar kata-kata seperti [Udah ade bilang...coba kalau dulu....] tidak berhamburan lewat lisan ataupun tulisannya.

Satu jam berlalu, hanya beberapa baris saja tulisan yang mengisi windows mereka. Lelaki itupun pamit, tak tahan dengan perasaannya sendiri. Kesedihannya, ditambah memikirkan kesedihan perempuan itu.

Dengan sekuat tenaga, merasakan bahwa mereka berada pada posisi yang sama, perempuan itu berusaha menghibur orang yang sangat disayanginya, menenangkan hatinya. Mengikis gunungan rasa bersalah, menunjukkan bahwa tak ada yang berubah pada perasaan di hatinya, kecuali rasa sayang yang semakin dalam. Dan merekapun sepakat untuk bertemu kembali, kala hatinya lebih baik.

Hari-hari setelahnya diliputi mendung. Dia nyaris lupa seperti apa rasanya tertawa dan tersenyum dengan riang. Tidur yang terputus-putus, dengan himpitan rasa sesak yang kadangkala timbul. Langkah-langkah lain yang terpikirpun mentok saat dicoba. Dengan apa mereka akan sanggup bertahan selain dengan bantuan dariNya?

Ya Rahman,
Tak ada suatu keburukan yang terjadi, melainkan karena kesalahan kami...
karena itu mohon ampunilah kami, untuk kesalahan yang tampak maupun tersembunyi
Mohon karuniakanlah kesabaran bagi kami...isilah tangki-tangki hati kami
dengan cinta, ketenangan, dan kesabaran, hingga ia tak pernah mengering karena sedotannya pada setiap masa.
Hiburlah kami dengan kebaikan dan hikmah di hari-hari selanjutnya, di dunia dan di akhirat...
Sesungguhnya, kami ingin menjadi orang yang sabar dan berserah diri...

aamiin...

Comments

Anonymous said…
sabar ya Ries.. segalanya pasti ada hikmahnya..
semoga ALlah permudahkan urusan kamu berdua..
ameen
Nana said…
Ukhti, semoga Allah mengabulkan doa ukhti, dan mengangkat kesedihan yang ada di hati ukhti. Just know and trust that He is ALWAYS there, and there is nothing that escapes from His knowledge and will. Hanya Dialah si pembolak balik hati... dan hanya dengan mengingatNyalah hati akan menjadi tenang. Saya jadi inget pengajaran salah satu Syeikh di sini ".. what ever befalls you never meant to miss you and what ever misses you never meant to befall you.. ". If one believes in this, he or she will surely have the taste of the sweetness of eemaan...(sekedar mengingatkan saya yang terlalu sering lupa..)
dils said…
untuk apapun yang sedang Mbak Riska hadapi,
semoga selalu diberi yang terbaik,
diberi kemudahan, ketabahan dan kesabaran...
amiin...

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R