Skip to main content

Citacita

Anak-anak seangkatan saya kalau ditanya,
Kalau sudah besar mau jadi apa?
Jawabanya bisa dengan mudah ditebak: insinyur atau dokter

Anak-anak angkatan sekarang jawabannya apa ya? ^_^

Di Jepang, pada sebuah survey anak-anak ditanya, jawaban populer untuk anak-anak laki-laki adalah pemain sepak bola. Untuk anak perempuan saya agak lupa.

Sekarang anak-anak seangkatan saya sudah pada dewasa. Sebagian jadi insinyur, dokter, akuntan, farmasis, sebagian lagi jadi pekerja di industri selepas SD, SMP, ataupun SLTA. Adapula yang punya kios di pasar. Atau seperti saya, yang masih saja sekolah.

Kalau sudah begini, mau jadi apa?

Comments

rieska oktavia said…
Subhanallah yaa...
Iri sama adik faruq...

Anyway...saya menulis cita-cita itu sebenarnya sedang tergelitik, dengan cita-cita sebenarnya. Terutama pada fase seperti ini, kala predikat2 itu sudah ada pada genggaman.

So, what the next?
Begitu...
Teteh.. blognya bagus deh, really inspiring. Ajarin duooong.
---
Dulu pas aku kecil kalo ditanya cita2, aku ga pernah jawab sesuatu yang spesifik kayak dokter, presiden, ato apapun. Ngisi pertanyaan cita-cita selalu dengan jawaban 'berguna bagi bangsa, negara dan agama'. Padahal, pikiran anak kecil gitu loh, pasti ga ngerti artinya apa.. ^_^

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R