"Kenapa sekarang ade kelihatan manja sekali? Waktu dulu taaruf kelihatannya seperti perempuan yang begitu tegas, kuat dan tegar."
Pada sebuah voice chatt pertanyaan tak diduga dari lelaki itu meluncur begitu saja. Mendengarnya, perempuan itu mengerutkan kening sebentar sebelum kemudian menjawabnya dengan perasaan aneh.
"Kalau bukan sama kaka, ade mau manja sama siapa lagi?"
Lelaki itu tertawa kecil.
"Lagian, bukannya kami ini diajarin untuk bersikap tegas. Menjaga suara dan menjaga diri. Masa sama sembarang orang-orang manja-manja" Sambungnya lagi.
Lelaki itu tak membantah.
Perubahan yang terjadi bukan sebuah proses bersalin rupa seperti musang berbulu domba. Tapi itu adalah salah satu bentuk adaptasi bagaimana seorang perempuan menempatkan dirinya. Dia sendiri tak merasakan itu sebagai sebuah rekayasa, karena perasaan untuk menjadi dirinya yang sekarang di hadapan suaminya adalah sebuah perasaan yang mengalir begitu saja.
Dan saat berhadapan dengan orang lain pun ia tetap biasa-biasa saja. Apakah itu dirinya yang lain? Rasanya tidak juga. Karena perasaan dan sikap seperti itu pun mengalir begitu saja.
Tapi boleh jadi, mungkin terkadang ia berlebihan. Saat harusnya ia lebih bisa mengatur emosi, ia malah terlalu kekanak-kanakan. Untuk itu ia harus banyak belajar dan berlatih mengelola perasaannya sendiri. Lebih bijak dalam bersikap.
Katanya, manja, ingin dilindungi, adalah karakter perempuan yang dibawanya kemana-mana. Yang membedakan tampilannya kemudian adalah tempat dimana dia bisa mengekspresikannya. Ada yang dia bisa mengekspresikan di sembarang tempat, ada yang hanya di tempat-tempat terbatas.
Kapan perasaan itu akan keluar?
Biasanya mengalir begitu saja. Tapi ia cenderung untuk hadir di tempat dimana ia merasa aman dan amat disayangi.
Selama ini, hampir semua perempuan yang kukenal, sekuat apapun ia, ia senantiasa punya tempat bermanja. Minimal, dia juga menikmati saat dimanja.
Yang paling istimewa, ada yang hanya suka bermanja dengan cara yang istimewa: menyampaikan permohonan, keluh kesah, dan permintaan dengan cara mengangkatkan kedua tangan.
Bermanja pada Yang Maha Pengasih...
Pada sebuah voice chatt pertanyaan tak diduga dari lelaki itu meluncur begitu saja. Mendengarnya, perempuan itu mengerutkan kening sebentar sebelum kemudian menjawabnya dengan perasaan aneh.
"Kalau bukan sama kaka, ade mau manja sama siapa lagi?"
Lelaki itu tertawa kecil.
"Lagian, bukannya kami ini diajarin untuk bersikap tegas. Menjaga suara dan menjaga diri. Masa sama sembarang orang-orang manja-manja" Sambungnya lagi.
Lelaki itu tak membantah.
Perubahan yang terjadi bukan sebuah proses bersalin rupa seperti musang berbulu domba. Tapi itu adalah salah satu bentuk adaptasi bagaimana seorang perempuan menempatkan dirinya. Dia sendiri tak merasakan itu sebagai sebuah rekayasa, karena perasaan untuk menjadi dirinya yang sekarang di hadapan suaminya adalah sebuah perasaan yang mengalir begitu saja.
Dan saat berhadapan dengan orang lain pun ia tetap biasa-biasa saja. Apakah itu dirinya yang lain? Rasanya tidak juga. Karena perasaan dan sikap seperti itu pun mengalir begitu saja.
Tapi boleh jadi, mungkin terkadang ia berlebihan. Saat harusnya ia lebih bisa mengatur emosi, ia malah terlalu kekanak-kanakan. Untuk itu ia harus banyak belajar dan berlatih mengelola perasaannya sendiri. Lebih bijak dalam bersikap.
Katanya, manja, ingin dilindungi, adalah karakter perempuan yang dibawanya kemana-mana. Yang membedakan tampilannya kemudian adalah tempat dimana dia bisa mengekspresikannya. Ada yang dia bisa mengekspresikan di sembarang tempat, ada yang hanya di tempat-tempat terbatas.
Kapan perasaan itu akan keluar?
Biasanya mengalir begitu saja. Tapi ia cenderung untuk hadir di tempat dimana ia merasa aman dan amat disayangi.
Selama ini, hampir semua perempuan yang kukenal, sekuat apapun ia, ia senantiasa punya tempat bermanja. Minimal, dia juga menikmati saat dimanja.
Yang paling istimewa, ada yang hanya suka bermanja dengan cara yang istimewa: menyampaikan permohonan, keluh kesah, dan permintaan dengan cara mengangkatkan kedua tangan.
Bermanja pada Yang Maha Pengasih...
Comments