Skip to main content

Puzzle 24 (Jalan-jalan)

Selama kira-kira empat bulan setengah bersama, mereka nyaris tak pernah jalan-jalan. Jadi lelaki itu hanya akan tersenyum saja, kala ditanya sudah kemana saja selama di Tokyo atau Jepang ini?

Alasannya selain waktu, semisal weekend yang padat acara, awal kehamilan yang menghebohkan, adalah penghematan. Jadinya dalam hitungan jarang pun, paling banter jalan-jalan ke koen (taman) dekat rumah atau menyepi di tepi sungai Futakotamagawa.

Ajaibnya, dalam dua kali rekor bepergian jauh, diantaranya ke Sendai-Akita dan Hakone dua-duanya diputuskan dalam waktu sangat mendadak dan persiapan seadanya. Bisa sehari sebelumnya, atau malam sebelumnya. Dan tentu saja, efeknya adalah perjalanan pun dibumbui oleh kepanikan, keterburu-buruan, kelaparan (karena perbekalan yang tak memadai), dll.

Menyenangkan, tapi...

Uhm...rupanya style cuek dalam berperjalanan jauh masih dipertahankan perempuan itu dengan begitu baiknya. Sudah terlalu sering ia begitu. Masalahnya adalah, tanggungannya sekarang berubah. Ada yang harus diurus. Ini pun masih terbilang mudah, karena baru satu mahluk yang harus dipikirkannya.

Mengingat banyak bunda yang bercerita, kala ada acara untuk bunda-semisal pengajian, mereka harus mempersiapkan segala keperluan sejak semalam supaya esoknya persiapan lancar dan tidak terlambat. Anak-anak memiliki perlengkapan yang jauh lebih banyak dan rumit daripada orang dewasa. Menyiapkan mereka sendiri, perlengkapan baju ganti (termasuk pampers), susu, makanan, sampai mainan supaya mereka tak bosan.

Setiap perjalanan harus diusahakan menyenangkan banyak pihak...

Uhm...harusnya segera direvisi. Dalam hitungan bulan, akan ada tamu baru di rumah. Jika masih begini...kasihan sekali dia. Dan menjadi tak bertanggung jawablah bunda baru gede ini.

Berpikir jauh lagi, tentang persiapan akhirat ... bertambah ngeri. Suka menunda, mengabaikan banyak hal, ... astaghfirullah ...

Jadi ingat cerita perang tabuk, tentang beberapa sahabat yang lalai bersiap-siap untuk berperang. Akhirnya hilang kesempatan berjihad, hilang kesempatan untuk meraih syurgaNya...

astagfirullah...

dari al hasyr 59:18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Comments

Anonymous said…
hehe.. saya juga seringnya dadak kok. boro-boro semalam, lagi tiduran tiba-tiba abinya nelp, hei kosong nih, kita jalan-jalan. huaa disambut dong, lah wong jarang banget nemu waktu luang ^ - ^. tapi alhamdulillah menyenangkan juga. persiapannya udah rutin kok, malah isi tas gak berubah, pampers dkk itu ^ - ^, tinggal samber makanan yang ada, kadang nasi putih doang, qeqeqe..
tapi anak2 lebih gesit lagi ternyata, udah denger telp gituh mereka langsung nyambar sepatu tanpa ba bi bu, haha.. nah ini yang bikin panik, udah pada lari keluar rumah sih :)

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar