Skip to main content

Uhm...

Maaf, ini curhat...

Hari ini agak melelahkan. Ada dua orang yang harus ditemui. Pertama kepala departemen dan yang kedua tanto alias penanggung jawab beasiswa di ryugakuseisenta alias international student centre.

Masalahnya?

Jadwal lahiran si adek, insya Allah tanggal 27 Januari 2006. Dan jadwal presentasi tesis saya sekitar 7-8 Februari 2006. Artinya, bila jadwal ditepati, atau kelahiran mundur, sangat sulit bagi saya untuk presentasi pada waktunya.

Sensei sangat khawatir dengan episode kali ini. Ini pengalaman pertama dia menangani mahasiswi yang hamil, ditengah-tengah pengerjaan tesis. Yah, pengalaman pertama saya juga. Mana trimester pertamanya agak heboh pula, dengan ditandai begitu banyak absen dari lab tercinta.

Salah satu usulnya adalah postpone kelulusan saya. Setidaknya, bayi ini adalah persoalan utama, penting dan mendesak, sementara saya sekolah bisa kapan saja. Tapi masalahnya beasiswa saya ada batasnya. Belum lagi saya pikir, mendingan sibuk pas hamil dari pada sibuk pas bayi masih sangat muda. Dia lebih memerlukan perhatian yang sangat besar nanti. Sayang kalau justru saat itu saya heboh dengan riset.

Saya mengajukan usulan untuk sidang yang lebih cepat. Setidaknya sebelum adek lahir. Kata pak kadept, itu bisa saja, tapi sangat sangat sulit. Komprominya adalah, saya harus bekerja sebaik mungkin sampai November ini. Meneliti dan menulis tesis dengan kualitas yang bagus. Rapat departemen di bulan Desember yang akan menentukan akhirnya dengan mempertimbangkan juga kondisi saya. Seperti waktu lahir, operasi/tidak, dsb.

Kemungkinan lain adalah perpanjangan dalam masa tiga bulan (sidang mei, untuk lulus juni) Tentunya tanpa beasiswa. Bahkan dari hasil pembicaraan dengan PJ beasiswa itu, ada kemungkinan saya tidak mendapatkan beasiswa jika saya mengambil cuti kuliah karena melahirkan dalam jangka waktu lebih dari sebulan. Sepertinya cuti ini harus banyak didiskusikan dengan para senior.

Jadi ingat. Ada adik kelas saya yang baik hati, ia akan melahirkan awal agustus ini. Dan beberapa hari sebelumnya dari tanggal itu, ia masih punya jadwal ujian. Semoga saja ia dikuatkan untuk menuntaskan semuanya...

Saya tak berani meminta, menetapkan, mana waktu untuk lulus yang lebih baik, karena tak tahu sejauh apa tekanan akhir sekolah akan mempengaruhi proses kehamilan, dsb. Saya hanya ingin mengusahakan yang saya bisa, mengejar milestone yang direncanakan, sambil tetap menjaga keseimbangan fisik, mental dan ruhiyah.

Saya juga tahu bahwa setelah ini segalanya bukan menjadi bertambah mudah. Tapi saya selalu berharap, Ia akan memberikan yang terbaik untuk semuanya. Insya Allah, meski sulit, selalu ada tangan-tanganNya yang akan menguatkan dan memudahkan semua urusan.

Hari ini pun, Ia membuktikannya. Ketua departemen dan sensei akan memantau riset saya dengan lebih dalam. Meski berada dalam domain yang lain, pak kadept akan menjadi co-supervisor (meski ini artinya, bertambah satu yang harus dikasih laporan rutin). Sensei juga meminta telepon dokter kandungan saya agar bisa berkonsultasi dengannya tentang beban kerja dan juga pressure yang masih diperbolehkan.

Teringat juga PJ beasiswa di ISC. Dengan wajah sedih, ia merasa sayang sekali kalau saya sampai kehilangan beasiswa saat cuti, meski hanya satu bulan. Tapi dia bilang sensei dan anda baik sekali, mau mematuhi peraturan untuk itu ia sangat berterima kasih. (semoga saja kuat, hingga tak perlu cuti lama. Tapi kalau pun iya, insya Allah ada rizki dari pintu yang lain...)

Atas semua support dan upaya mereka, saya masih sangat bersyukur. Tinggal saya... bagaimana memantapkan perjuangan pada episode kali ini. Menyingkirkan jauh-jauh penyakit hati seperti rasa malas, merasa tidak mampu, putus asa, dsb. Inilah saatnya mendidik jiwa yang lalai...

Berusaha, berdoa, dan biarkan Dia mengatur akhirnya...

Semoga saya bisa menjalankan semua amanah yang terpikul di pundak ini dengan baik. Amanah sebagai hambaNya, istri, ibu, anak, saudara, pelajar, pengajar, penyalur, dan juga lainnya. Semoga saja semuanya bisa berjalan dengan baik, meski dengan porsi yang berbeda-beda.

Mohon doanya, selalu...
Tolong sebut nama saya dalam doa kawan-kawan semua...

Comments

Anonymous said…
Ya Allah ya robbi berikan kemudahan pada saudara, saudari kami dalam segala urusannya...amin.

Ayoo kamu bisa...:) Allahu akbar ..
echa said…
teteh...gambare ne....
tapi sedih..aku sendiri nggak bisa bantuin apa2...masih minta2 terus...
mau ku kirimin roti? tapi lg gak ada ragi euy..belum cari2 lagi yg bs di makan..

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar